Polisi Humanis di Bogor: Bripka Rio Bangun Pesantren Gratis untuk Anak Yatim dan Dhuafa

Bripka Rio: Sang Pengayom Anak Yatim dan Dhuafa di Bogor

Di tengah citra kepolisian yang terkadang keras, muncul sosok Bripka Agus Prio Pramono, atau akrab disapa Bripka Rio, seorang Bintara Umum Seksi Hukum Polresta Bogor Kota, yang membuktikan bahwa polisi juga bisa menjadi pengayom masyarakat, khususnya bagi anak-anak yatim dan dhuafa. Dedikasinya yang tinggi terhadap pendidikan dan kesejahteraan anak-anak kurang mampu mengantarkannya sebagai salah satu pendiri Pondok Pesantren Al-Hanafiiyyah 3 yang berlokasi di Cibinong, Kabupaten Bogor.

Kisah inspiratif Bripka Rio ini bermula pada tahun 2019, ketika ia pindah rumah ke Karadenan, Cibinong. Di dekat rumahnya, terdapat sebuah yayasan anak yatim yang tengah mengalami kesulitan keuangan hingga terancam bubar. Tergerak hatinya, Bripka Rio menawarkan bantuan dengan mengusulkan agar anak-anak yatim tersebut diajarkan mengaji. Ia bahkan mempersilakan anak-anak tersebut untuk tinggal di rumahnya.

"Ketika itu, pondok pesantren yang sekarang ini masih berupa yayasan anak yatim. Yayasan itu dulu mengalami kesulitan ekonomi, waktu itu muridnya sekitar 12 anak, sempat mau dipulangkan, nah terus sama ketuanya saya bilang 'gimana, Pak, kalau kita asuh saja, jangan dipulangkan'," kenang Bripka Rio.

Seiring berjalannya waktu, jumlah anak yang bergabung semakin bertambah. Bripka Rio kemudian mengusulkan agar yayasan tersebut ditingkatkan menjadi sebuah pondok pesantren. Ia kemudian menghubungi Abuya KH Syamsudin Ardhi, pendiri Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah Bekasi, dan disepakati untuk mendirikan Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah 3 di Bogor sebagai cabang.

"Kenapa nggak kita bikin lebih ini, akhirnya guru kami Abuya KH Syamsudin Ardhi di Bekasi beliau mendelegasikan ya sudah dibikin aja pondok pesantren yatim duafa. 'Untuk akta notaris dan segala macam bagaimana, Buya?', sementara menginduk di Bekasi dulu, yang penting di sana kegiatannya pondok pesantren, dan seiring waktunya berjalan jadilah pondok pesantren itu," jelasnya.

Pondok Pesantren Al-Hanafiiyyah 3: Harapan Baru Bagi Anak Yatim dan Dhuafa

Pondok Pesantren Al-Hanafiiyyah 3 kini telah menjadi rumah bagi 72 santri, terdiri dari 47 santri putra dan 25 santri putri. Para santri berasal dari berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Mereka berasal dari berbagai daerah, tidak hanya dari Bogor, tetapi juga dari Karawang, Bekasi, hingga Jonggol.

"Kenapa bisa dari jauh-jauh itu, karena dari 12 anak itu jauh semua yang diambil, akhirnya dari penyampaian dari mulut ke mulut, orang tuanya di sana kondisi mereka di sana memang mengkhawatirkan, anaknya semangat belajarnya bagus, bahkan kita yang datang kita rayu ayo tetap belajar, sekolah, jangan tutup sekolah. Usia rata-rata di kita SMP, kan kalau putus sekolah kan labil, kan usia seperti itu kan bahaya," ujar Bripka Rio.

Untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, Pondok Pesantren Al-Hanafiiyyah 3 memiliki 5 ustaz dan 3 ustazah. Selain itu, terdapat satu asrama putra, satu asrama putri yang dibangun dari donatur, dan satu masjid yang juga digunakan sebagai ruang belajar.

Sumber pendanaan pondok pesantren ini berasal dari donatur dan biaya pribadi Bripka Rio. Bahkan, untuk membangun masjid, ia rela menjual motor KLX kesayangannya.

"Itu kan baru bahan material, nah untuk memulai bayar tukang saya masih kesulitan, akhirnya saya jual motor untuk mulai bangunan pondasi itu. Ya kalau mau bicara nominal, alhamdulillah selesai pembangunan," ungkapnya.

Pendidikan Holistik dan Gratis

Bripka Rio menekankan bahwa Pondok Pesantren Al-Hanafiiyyah 3 memberikan pendidikan secara holistik, tidak hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Ia sendiri aktif memberikan materi pelajaran kepada anak-anak, mulai dari pencegahan kenakalan remaja, bullying, hingga hukum.

"Beliau membantu tok, udah jalankan saja sama beliau, mau bantu tentang material, tenaga, udah. Beliau itu nggak neko-nekolah, bantu, bantu," kata salah satu pengajar di pesantren tersebut.

Menariknya, para santri tidak dipungut biaya sepeser pun. Mereka hanya dibebankan infak seikhlasnya, dan bagi yang tidak mampu, tidak diwajibkan untuk membayar. Seluruh perlengkapan belajar hingga makan sehari-hari santri ditanggung oleh pesantren.

"Dana kami ini kan jatuhnya dibilang mereka gratis, hanya infak tadi, tapi kan infak tidak wajib, kalau mampu ya silakan, kalau tidak mampu ya sudah. Kami yang mengatur makan mereka sehari-hari, kebutuhan alat tulis kami yang menyiapkan semua, jadi tidak dibebankan ke orang tua dan wali santri," jelas Bripka Rio.

Dedikasi Bripka Rio terhadap Pondok Pesantren Al-Hanafiiyyah 3 telah membuahkan hasil. Hingga saat ini, pesantren tersebut telah meluluskan dua angkatan dan akan memasuki angkatan ketiga pada tahun 2025. Kisah inspiratif Bripka Rio ini menjadi bukti bahwa dengan niat yang tulus dan kerja keras, kita dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang membutuhkan.