Gereja Flores Bersuara Kritis Terhadap Proyek Geotermal, Soroti Ancaman Ekologis dan Sosial

Pulau Flores kembali menjadi sorotan dengan munculnya penolakan keras terhadap rencana eksploitasi energi geotermal. Uskup Labuan Bajo, Monsinyur Maksimus Regus, dalam Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2025, secara tegas menyuarakan kekhawatiran mendalam terkait dampak proyek tersebut terhadap keseimbangan ekologis dan sosial-budaya masyarakat setempat.

Penolakan ini bukan tanpa alasan. Uskup Maksimus, merujuk pada semangat Surat Pastoral FABC (Federation of Asian Bishops' Conferences) 2025, menekankan bahwa para Uskup Provinsi Gerejawi Ende telah sepakat menolak eksploitasi geotermal di Flores. Meskipun geotermal seringkali dipromosikan sebagai energi terbarukan, dalam konteks Flores, implementasinya justru berpotensi merusak lingkungan dan tatanan sosial yang telah lama terjaga.

"Wilayah kita ini kecil dan sangat rentan terhadap perubahan ekologis. Eksploitasi sumber daya yang tidak terkendali akan memicu kerusakan lingkungan yang parah, hilangnya sumber pangan utama masyarakat, dan mengikis harmoni sosial yang selama ini kita jaga," tegas Uskup Maksimus dalam suratnya. Ia menambahkan, Gereja secara konsisten menolak eksploitasi geotermal dan mendesak pemerintah untuk mencari alternatif energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, seperti tenaga surya.

Pertobatan Ekologis: Sebuah Panggilan Nyata

Uskup Maksimus juga menyinggung pentingnya pertobatan ekologis. Bukan hanya sekadar konsep spiritual, tetapi sebuah panggilan nyata bagi setiap umat beriman untuk bertindak. Paus Fransiskus, dalam ensiklik Laudate Deum (2023), menekankan bahwa pertobatan ekologis menuntut perubahan gaya hidup yang mendalam, peningkatan solidaritas sosial, dan keterlibatan aktif dalam aksi-aksi nyata untuk melindungi lingkungan.

Gereja sinodal, menurut Uskup Maksimus, harus mampu membangun kesadaran kolektif dalam menggagas dan mewujudkan pertobatan ekologis di tengah masyarakat. Kesadaran ini krusial untuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Pariwisata Berkelanjutan: Antara Berkah dan Bencana

Labuan Bajo, yang telah ditetapkan sebagai kawasan pariwisata unggulan, juga menjadi perhatian utama Uskup Maksimus. Ia mengingatkan bahwa industri pariwisata hanya dapat berkembang jika didukung oleh ekosistem yang sehat dan berkelanjutan. Pembangunan yang mengabaikan keseimbangan ekologis justru akan mengancam keberlangsungan sektor pariwisata itu sendiri.

"Pariwisata yang tidak memperhatikan kelestarian alam akan membawa bencana. Kerusakan lingkungan, ketidakadilan ekonomi yang meluas, dan konflik sosial akan menjadi konsekuensi yang tak terhindarkan. Orientasi pada profit semata, tanpa memperkuat basis keberlanjutan ekologis, hanya akan menciptakan bahaya bagi generasi mendatang," ujarnya dengan nada prihatin.

Menjaga Warisan untuk Generasi Mendatang

Keindahan alam Flores dan Labuan Bajo, ditegaskan Uskup Maksimus, adalah anugerah dari Tuhan. Namun, keserakahan dan kurangnya solidaritas sosial dapat mengubah anugerah ini menjadi bencana ekologi dan sosial yang mengerikan. Oleh karena itu, semua pihak memiliki tanggung jawab untuk merawat dan menjaga keseimbangan ekologis demi generasi mendatang.

Dalam semangat Prapaskah dan Paskah 2025, Uskup Maksimus mengajak seluruh masyarakat untuk:

  • Menolak eksploitasi sumber daya yang tidak seimbang, khususnya di wilayah kecil seperti Flores, karena mengancam masa depan.
  • Menolak eksploitasi energi dan sumber daya alam tanpa batas, termasuk rencana eksplorasi dan eksploitasi geotermal, karena dampaknya merusak keseimbangan ekologis dan sosial budaya.
  • Mendukung penuh usaha dan langkah pemerintah daerah dalam memperjuangkan keadilan ekonomi bagi masyarakat lokal dari keuntungan industri pariwisata.
  • Menjaga lingkungan hidup melalui tindakan konkret, seperti mengurangi sampah, menanam pohon, menjaga sumber air, dan mengedukasi generasi muda tentang kesadaran ekologis.

Ajakan ini menjadi seruan moral yang kuat bagi semua pihak untuk bertindak demi kelestarian alam Flores dan kesejahteraan masyarakatnya.