Pergeseran Tren Suaka di Eropa: Prancis Lampaui Jerman Sebagai Tujuan Utama

Pergeseran Tren Suaka di Eropa: Prancis Lampaui Jerman Sebagai Tujuan Utama

Sebuah laporan terbaru dari Uni Eropa (UE) mengungkap perubahan signifikan dalam peta tujuan suaka di Eropa. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, Jerman tidak lagi menjadi negara yang paling banyak menerima permohonan suaka. Posisi ini kini ditempati oleh Prancis, menandai sebuah pergeseran tren yang menarik perhatian para pengamat politik dan migrasi.

Data yang terkandung dalam "Laporan No. 460" dari Badan Suaka Uni Eropa (EUAA), yang dirilis pada tanggal 2 April 2025, menunjukkan bahwa Prancis menerima 40.871 permohonan suaka antara 1 Januari dan 31 Maret 2025. Spanyol menyusul di posisi kedua dengan 39.318 permohonan. Jerman berada di urutan ketiga dengan 7.387 permohonan, mengalami penurunan signifikan sebesar 41% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Distribusi Permohonan Suaka di Eropa (Kuartal I 2025):

  • Prancis: 40.871
  • Spanyol: 39.318
  • Jerman: 7.387
  • Hungaria: 22 (terendah)
  • Slovakia: 37 (terendah kedua)

Laporan EUAA mencakup data dari negara-negara anggota UE, serta Swiss dan Norwegia (yang bukan anggota UE). Secara keseluruhan, jumlah permohonan suaka di Eropa mengalami penurunan sebesar 19%, dengan total 210.641 permohonan tercatat pada kuartal pertama tahun 2025. Penurunan ini bisa jadi disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan migrasi yang lebih ketat dan perubahan situasi di negara asal para pencari suaka.

Negara Asal Pencari Suaka:

  • Venezuela: 44% dari total pemohon
  • Afganistan
  • Suriah
  • Ukraina (peningkatan tajam)
  • Cina (peningkatan tajam)
  • India (peningkatan tajam)
  • Kolombia (penurunan)
  • Turki (penurunan)

Meskipun jumlahnya menurun, warga Suriah (24%) dan Afghanistan (16%) masih menjadi kelompok terbesar yang mencari suaka di Jerman, diikuti oleh warga Turki (11%). Sementara itu, Prancis menjadi negara tujuan utama bagi warga Ukraina.

UE mengantisipasi potensi peningkatan permohonan suaka di masa mendatang, terutama karena kekhawatiran akan eskalasi politik di Turki dan Suriah. Gelombang penangkapan massal di Turki dan ketidakstabilan di Timur Tengah, khususnya bentrokan antara pendukung Bashar al-Assad dan milisi Islam di Suriah, dapat mendorong lebih banyak orang untuk mencari perlindungan di Eropa.

Selain itu, melemahnya pasukan penjaga pantai Suriah akibat perang saudara membuka peluang bagi jaringan penyelundupan manusia untuk kembali beroperasi. Para ahli di Komisi Eropa memperkirakan bahwa jaringan-jaringan ini, yang sempat hancur setelah jatuhnya rezim Assad, dapat kembali dibangun dan memfasilitasi pergerakan pengungsi ke Eropa.

Pergeseran tren suaka ini menyoroti dinamika kompleks dalam kebijakan migrasi dan geopolitik global. Perubahan tujuan utama para pencari suaka mengindikasikan adanya perubahan dalam persepsi keamanan, peluang ekonomi, dan kebijakan imigrasi di berbagai negara Eropa. Implikasi dari pergeseran ini memerlukan analisis lebih lanjut dan adaptasi kebijakan yang tepat untuk memastikan perlindungan bagi mereka yang membutuhkan dan stabilitas bagi masyarakat Eropa.