Prabowo Subianto Tegaskan Komitmen Berantas Kelaparan Melalui Program Makan Bergizi Gratis di Tengah Kritik

Prabowo Subianto: "Apa Salahnya Memberi Makan Anak Lapar?"

Presiden terpilih, Prabowo Subianto, baru-baru ini menanggapi gelombang kritik yang ditujukan kepada program unggulannya, Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam sebuah wawancara eksklusif yang dilakukan di kediamannya di Hambalang, Bogor, Prabowo mempertanyakan dasar dari keraguan yang dilontarkan sejumlah pihak terhadap program prioritas pemerintahannya tersebut.

"Jika saya ingin memberi makan anak yang kelaparan, apa salahnya?" tegas Prabowo, menyiratkan kebingungannya atas resistensi yang dihadapi program yang menurutnya krusial ini. Komentar ini muncul sebagai respons langsung terhadap berbagai opini yang meragukan efektivitas dan implementasi MBG.

Prabowo menjelaskan bahwa inisiatif MBG lahir dari keprihatinan mendalamnya terhadap kondisi anak-anak di berbagai pelosok Indonesia. Ia menceritakan pengalamannya saat melakukan kunjungan langsung ke desa-desa terpencil, di mana ia menyaksikan sendiri dampak buruk stunting pada generasi muda.

"Saya bertanya di desa-desa, 'Apakah anak ini berumur lima tahun?' Mereka menjawab, 'Tidak, dia berumur sepuluh tahun.' Tubuhnya (seukuran) anak lima tahun, kecil. Stunting," ungkap Prabowo dengan nada prihatin. Data stunting yang masih tinggi di Indonesia menjadi salah satu pendorong utama lahirnya program MBG.

Menurut Prabowo, program MBG bukanlah sebuah konsep teoritis, melainkan sebuah intervensi nyata untuk mengatasi masalah kelaparan dan kekurangan gizi pada anak-anak. Ia menekankan bahwa masyarakat yang merasa sudah berkecukupan dapat memilih untuk tidak mengambil jatah makan gratis tersebut, sehingga alokasinya dapat dialihkan kepada mereka yang lebih membutuhkan.

"Yang sudah kaya, yang sudah lumayan, tidak mau makan tidak apa-apa. Jatah makanmu kasih ke yang (lebih membutuhkan)," ujarnya.

Lebih lanjut, Prabowo membagikan kisah-kisah mengharukan yang ia saksikan langsung dari para penerima manfaat MBG. Ia menceritakan bagaimana seorang anak memilih untuk tidak memakan jatah makan bergizi gratisnya di sekolah, melainkan membawanya pulang untuk berbagi dengan keluarganya.

"Ini sesuatu yang saya tidak bisa terima di hati saya. Ada anak, dikasih makan, telurnya dipotong dibungkus. Ditanya guru, kenapa? Dijawab untuk adik saya di rumah. Ada anak dikasih bingkisan makan bergizi tidak makan. Ditanya Kenapa? Buat Ibu saya di rumah. Di rumah enggak ada nasi," tutur Prabowo dengan nada emosional.

Kisah-kisah seperti ini, menurut Prabowo, semakin memantapkan tekadnya untuk berjuang memberantas kelaparan di Indonesia. Ia menegaskan bahwa perjuangannya ini adalah bagian dari komitmennya sebagai seorang pemimpin dan patriot.

"Saya sebagai pemimpin, saya sebagai patriot, bukan ini republik yang saya bela dari sejak muda. Jadi, saya akan berjuang keras supaya tidak ada orang lapar di Republik Indonesia. Saya akan kerja sekeras-kerasnya," tegasnya.

Sebelumnya, Prabowo juga telah menyatakan keyakinannya bahwa program MBG akan mencapai target 100 persen pada akhir tahun 2025. Ia merasa bersyukur bahwa program yang sempat diragukan banyak pihak ini terus menunjukkan perkembangan positif.

"Masalah makan bergizi, itu juga saya (bersyukur), selain harga-harga terkendali saya juga merasa bahagia bahwa program makan bergizi yang saya canangkan, yang banyak tidak dipercaya oleh sementara orang, alhamdulillah (berjalan)," kata Prabowo.

Program MBG sendiri telah diluncurkan sejak 6 Januari 2025 dan hingga saat ini telah menjangkau lebih dari tiga juta penerima manfaat. Pemerintah menargetkan 82,9 juta anak-anak akan mendapatkan manfaat dari program ini pada akhir tahun 2025.

Prabowo optimistis bahwa cakupan program MBG akan terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang dan mendekati target penuh pada Oktober atau November.

Dengan penegasan komitmen yang kuat dan keyakinan terhadap efektivitas program, Prabowo Subianto berusaha meyakinkan publik bahwa Makan Bergizi Gratis bukan hanya sekadar janji politik, melainkan sebuah solusi nyata untuk mengatasi masalah kelaparan dan stunting di Indonesia.