Nasib IKN di Ujung Tanduk: Strategi Migrasi yang Terlupakan dan Ancamannya Menjadi Kota Mati

Nasib IKN di Ujung Tanduk: Strategi Migrasi yang Terlupakan dan Ancamannya Menjadi Kota Mati

Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) terus dikebut, namun ada satu aspek krusial yang seringkali terlupakan: strategi migrasi. Tanpa perencanaan matang untuk menarik dan mempertahankan penduduk, IKN berpotensi menjadi kota mati, hanya berfungsi sebagai pusat administrasi tanpa menjadi motor penggerak ekonomi seperti yang diharapkan.

Sejumlah survei menunjukkan keraguan publik terhadap keberhasilan IKN. Ketidakpastian ini diperparah dengan pengunduran diri mendadak Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN, memicu pertanyaan tentang kepemimpinan dan arah kebijakan proyek ambisius ini. Pengalaman negara lain menunjukkan bahwa pembangunan fisik semata tidak menjamin keberhasilan sebuah ibu kota baru. Naypyidaw di Myanmar dan Putrajaya di Malaysia menjadi contoh nyata kegagalan menarik migrasi penduduk, meskipun telah menelan biaya besar.

Belajar dari Kegagalan: Lebih dari Sekadar Infrastruktur

Belajar dari kegagalan ibu kota baru di negara lain, pemerintah harus memahami faktor-faktor yang mendorong orang untuk pindah dan menetap. Teori migrasi klasik menjelaskan bahwa perpindahan dipengaruhi oleh faktor "push" (kemiskinan, fasilitas terbatas, keamanan buruk) dan faktor "pull" (lapangan kerja, hunian layak). Namun, model kontemporer menekankan faktor lain seperti jaringan sosial, kualitas pemerintahan, kepercayaan terhadap institusi, dan aspirasi individu.

Migrasi bukan hanya tentang keuntungan ekonomi. Orang mencari stabilitas, rasa memiliki, dan komunitas. Studi di Indonesia menunjukkan bahwa fasilitas umum dan kepercayaan terhadap institusi memainkan peran penting dalam keputusan migrasi. Infrastruktur fisik saja tidak cukup; stabilitas dan kepercayaan adalah prasyarat untuk pertumbuhan populasi berkelanjutan.

Strategi Migrasi yang Efektif untuk IKN

Untuk memastikan IKN menjadi kota yang hidup dan diminati, pemerintah perlu menerapkan strategi migrasi yang komprehensif, meliputi:

  • Meningkatkan Aksesibilitas: Konektivitas adalah kunci mengingat lokasi IKN yang jauh dari pusat ekonomi. Pemerintah harus menyediakan transportasi udara yang terjangkau, sering, dan terintegrasi sejak awal.
  • Membangun Infrastruktur Sosial: Dorong migrasi kolektif dengan memfasilitasi relokasi keluarga dan kelompok. Bangun ekosistem sosial yang kuat dengan komunitas, tempat ibadah, dan ruang interaksi warga.
  • Insentif Relokasi yang Menarik: Tawarkan insentif yang jelas dan komprehensif, tidak hanya untuk ASN tetapi juga untuk pekerja swasta, pelaku usaha, dan profesional. Kelompok ini akan menjadi fondasi ekonomi IKN.
  • Fasilitas Publik yang Memadai: Sediakan fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, dan transportasi umum yang berfungsi dengan baik sejak hari pertama relokasi.
  • Memulihkan Kepercayaan Publik: Bangun strategi komunikasi yang solid dan terbuka. Berikan informasi rutin dan faktual tentang kemajuan pembangunan dan arah kebijakan.

Konsekuensi Jika Strategi Migrasi Diabaikan

Jika aspek-aspek ini diabaikan, IKN berisiko menjadi kota megah yang sepi, dibangun dengan biaya tinggi. Proyek ambisius ini akan menjadi simbol tanpa fungsi, membebani anggaran negara tanpa memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian nasional. Kegagalan menarik migrasi akan meruntuhkan visi IKN sebagai pusat inovasi dan pertumbuhan ekonomi baru.

Investasi besar-besaran dalam infrastruktur harus diimbangi dengan strategi migrasi yang cerdas dan berfokus pada kebutuhan serta aspirasi masyarakat. Hanya dengan cara ini IKN dapat bertransformasi dari sekadar impian menjadi kenyataan yang berdenyut dengan kehidupan dan kemajuan.