Gelombang Penurunan Saham Teknologi dan Game Menerjang Pasar Global Akibat Kebijakan Tarif Trump
Dampak Kebijakan Tarif Trump: Pasar Teknologi dan Game Global Berguncang
Kebijakan tarif baru yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah memicu turbulensi di pasar saham global, khususnya pada sektor teknologi dan game. Raksasa teknologi dan perusahaan game terkemuka dunia mengalami penurunan nilai saham yang signifikan, mencerminkan kekhawatiran mendalam di kalangan investor.
Raksasa Teknologi Terpukul
Saham perusahaan-perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Microsoft, dan Tesla mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Senin (7/4/2025). Apple mencatat penurunan paling tajam, hampir mencapai 4 persen. Oracle juga mengalami penurunan sekitar 1 persen, sementara Palantir Technologies sempat anjlok sebelum akhirnya pulih sebagian.
Perusahaan semikonduktor seperti AMD dan Intel pun tak luput dari tekanan. AMD mengalami penurunan sebesar 2,5 persen, sedangkan Intel turun 1,4 persen. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran bahwa tarif baru akan menurunkan permintaan akibat kenaikan harga perangkat elektronik dan komponen.
Saham Alphabet, Amazon, Meta, dan Nvidia sempat berada di zona merah, namun berhasil menguat menjelang penutupan perdagangan, didorong oleh spekulasi bahwa kebijakan tarif akan ditunda. Namun, Gedung Putih membantah spekulasi tersebut, sehingga pasar kembali dilanda ketidakpastian.
Nilai gabungan saham kelompok "Magnificent Seven" merosot lebih dari 1,8 triliun dolar AS dalam dua hari perdagangan terakhir. Indeks Nasdaq Composite, yang didominasi saham teknologi, mencatatkan minggu terburuk sejak awal pandemi Covid-19, memperkuat sinyal potensi tren penurunan berkepanjangan (bearish).
Respon dan Kekhawatiran
Presiden Trump tetap bersikukuh dengan kebijakan tarifnya, menganggapnya sebagai langkah yang diperlukan untuk memulihkan ekonomi. Namun, kebijakan ini menuai kritik dari pelaku industri. CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memperingatkan bahwa tarif baru akan menaikkan harga barang dan memperburuk ekonomi AS yang sedang melambat.
Perusahaan otomotif telah mengambil langkah antisipatif dengan menghentikan pengiriman produk dan menaikkan harga jual. Kelompok dagang memperingatkan bahwa tarif akan berdampak langsung pada harga barang konsumsi, membebani rantai pasok dan meningkatkan biaya produksi. Produk seperti bahan makanan dan perangkat elektronik diperkirakan akan mengalami kenaikan harga.
Dampak Global: Sektor Game di Jepang Terguncang
Dampak kebijakan tarif Trump meluas hingga ke bursa saham Asia, khususnya sektor game dan teknologi di Jepang. Indeks saham Nikkei 225 anjlok, dan saham perusahaan game besar seperti Nintendo, Sony, Capcom, dan Sega mengalami penurunan tajam.
- Nintendo: Turun 7,35 persen
- Sony: Anjlok 10,16 persen
- Capcom: Melemah 7,13 persen
- Sega: Turun 6,57 persen
Penurunan ini dipicu oleh pengumuman tarif balasan sebesar 24 persen terhadap produk asal Jepang. Nintendo bahkan menunda pembukaan pre-order konsol Switch 2 di Amerika Serikat.
Strategi Nintendo dan Dampak Harga
Peluncuran global Switch 2 tetap dijadwalkan pada 5 Juni 2025, meskipun pre-order di AS ditunda. Harga Switch 2 diperkirakan sebesar 449,99 dolar AS, sementara paket bundel dengan Mario Kart World dijual seharga 499,99 dolar AS. Game Mario Kart World juga tersedia terpisah dengan harga 79,99 dolar AS.
Analis Niko Partners, Daniel Ahmad, menyatakan bahwa tarif terhadap Vietnam, tempat Nintendo memindahkan sebagian produksi Switch 2, akan berdampak signifikan. Hal ini memicu kekhawatiran akan potensi kenaikan harga Switch 2 secara global.
Sony, produsen PlayStation, termasuk PS5 Pro yang dijual 700 dolar AS, juga diprediksi akan terkena dampak kebijakan tarif. IGN telah menghubungi Sony untuk meminta komentar terkait potensi kenaikan harga konsol di AS, namun belum ada tanggapan.
Ancaman Resesi Semakin Nyata
Lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs dan JPMorgan memperingatkan tentang risiko perlambatan ekonomi. Goldman Sachs memperkirakan kemungkinan resesi di AS dalam 12 bulan ke depan mencapai 45 persen, sementara JPMorgan menilai peluang resesi mencapai 60 persen.
Kebijakan tarif Trump menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar global, dengan potensi dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan harga konsumen.