Kekhawatiran Global Mencuat: Kebijakan Tarif Impor AS Picu Ketidakpastian Ekonomi
Kekhawatiran Global Mencuat: Kebijakan Tarif Impor AS Picu Ketidakpastian Ekonomi
Jakarta, Indonesia - Kebijakan tarif impor yang baru-baru ini diberlakukan oleh Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump telah memicu gelombang kekhawatiran di berbagai negara. Presiden Prabowo Subianto menyampaikan keprihatinannya mengenai dampak potensial dari kebijakan ini terhadap stabilitas ekonomi global. Dalam pernyataannya di Menara Mandiri, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/4/2025), Prabowo menyoroti bagaimana langkah tersebut dapat menciptakan ketidakpastian yang meluas di kalangan negara-negara di seluruh dunia.
"Apa yang kita saksikan saat ini adalah gejolak global yang disebabkan oleh kebijakan ekonomi negara adidaya. Peningkatan tarif yang signifikan terhadap berbagai negara dapat menimbulkan ketidakpastian yang mendalam. Banyak negara yang merasa cemas," ujar Prabowo.
Urgensi Kemandirian Ekonomi
Menanggapi situasi ini, Prabowo menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk memperkuat kemandirian ekonominya. Ia mengingatkan bahwa visi kemandirian ekonomi telah menjadi aspirasi para pendiri bangsa sejak lama. Namun, Prabowo menegaskan bahwa pembangunan ekonomi harus didasarkan pada prinsip keadilan sosial, memastikan bahwa tidak ada warga negara yang tertinggal.
"Asas kita adalah kekeluargaan. Tidak boleh ada warga negara yang kelaparan di republik yang telah merdeka selama 80 tahun. Tidak boleh ada yang tinggal di bawah kolong jembatan. Keadilan harus ditegakkan. Tidak boleh ada orang yang tidak makan. Ini adalah landasan strategi kita," tegasnya.
Strategi Pembangunan Berkelanjutan Berbasis UUD 1945
Prabowo menjelaskan bahwa strategi pembangunan ekonomi Indonesia selaras dengan amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang menekankan kesejahteraan seluruh bangsa. Ia juga menyoroti keselarasan strategi ini dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Sejalan dengan PBB, prioritas utama kita adalah food, energy, water, serta sasaran SDG lainnya. Oleh karena itu, swasembada pangan, swasembada energi, pengelolaan air yang baik, dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di negara kita menjadi fokus utama," jelas Prabowo.
Dampak Tarif Impor AS Terhadap Indonesia
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, Presiden Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang mengenakan tarif minimal 10 persen terhadap barang impor dari sekitar 180 negara pada tanggal 2 April 2025. Indonesia termasuk di antara negara-negara yang terkena dampak kebijakan ini, dengan tarif impor sebesar 32 persen. Tingkat tarif ini lebih tinggi daripada yang dikenakan terhadap negara-negara seperti Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia, tetapi lebih rendah daripada yang dikenakan terhadap Kamboja, Laos, dan Vietnam. Berikut daftar lengkap tarif impor dari beberapa negara ASEAN:
- Malaysia: 24 persen
- Brunei Darussalam: 24 persen
- Filipina: 17 persen
- Singapura: 10 persen
- Kamboja: 49 persen
- Laos: 48 persen
- Vietnam: 46 persen
- Myanmar: 44 persen
- Thailand: 36 persen
Kebijakan tarif impor AS ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan perdagangan global dan kebutuhan bagi negara-negara untuk memperkuat ketahanan ekonomi mereka sendiri.