Bayang-Bayang Smoot-Hawley: Ancaman Proteksionisme dan Resesi Global di Era Trump
Gema Proteksionisme: Sejarah Kelam UU Tarif AS 1930 dan Relevansinya di Era Perdagangan Global yang Tegang
Tindakan proteksionis yang diterapkan pemerintahan Donald Trump, dengan mengenakan tarif impor secara agresif, telah memicu kekhawatiran serius di kancah global. Kebijakan ini mengingatkan banyak pihak pada peristiwa kelam dalam sejarah ekonomi dunia: Undang-Undang Smoot-Hawley tahun 1930, sebuah kebijakan tarif yang secara luas diyakini memperparah Depresi Besar.
Nostalgia Kebijakan Kontroversial: Smoot-Hawley Tariff Act
Pada Juni 1930, Amerika Serikat mengesahkan Undang-Undang Smoot-Hawley Tariff Act, sebuah kebijakan proteksionis radikal yang bertujuan melindungi petani dan industri domestik dari persaingan asing. Senator Reed Smoot dan Willis Hawley, dua tokoh kunci di balik undang-undang ini, meyakini bahwa dengan menaikkan tarif impor secara signifikan, ekonomi AS akan terlindung dari dampak krisis ekonomi global yang mulai terasa sejak 1929.
Undang-undang ini menaikkan tarif impor secara drastis, antara 40% hingga 60%, pada sekitar 900 produk. Dampaknya sangat luas, mencakup berbagai komoditas mulai dari produk pertanian seperti telur, hingga barang-barang manufaktur seperti pakaian, serta bahan mentah seperti minyak mentah dan gula.
Namun, alih-alih menyelamatkan ekonomi AS, Smoot-Hawley justru menjadi bumerang. Negara-negara lain, termasuk Kanada dan negara-negara Eropa, membalas dengan menerapkan tarif serupa terhadap produk-produk AS. Akibatnya, perdagangan global mengalami penurunan drastis, sekitar 65%, memperburuk krisis ekonomi yang sudah ada.
Thomas Lamont, penasihat presiden dan pemegang saham JP Morgan, menggambarkan dampak UU tersebut, "Saya hampir berlutut memohon Herbert Hoover (Presiden AS kala itu) untuk memveto undang-undang tersebut. Undang-undang itu mengintensifkan nasionalisme di seluruh dunia,"
Dampak Mengerikan Depresi Besar
Depresi Besar, yang diperparah oleh kebijakan proteksionis seperti Smoot-Hawley, memiliki konsekuensi yang menghancurkan. Resesi ekonomi meluas, pertumbuhan ekonomi anjlok, dan jutaan orang kehilangan pekerjaan. Krisis ini tidak hanya melanda Amerika Serikat, tetapi juga menyebar ke seluruh dunia, menyebabkan kesengsaraan dan ketidakstabilan sosial.
Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa kebijakan proteksionis seperti Smoot-Hawley turut berkontribusi pada munculnya Perang Dunia II. Dengan menghambat perdagangan internasional dan memicu ketegangan antar negara, kebijakan ini menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi bangkitnya kekuatan-kekuatan otoriter seperti Adolf Hitler di Jerman.
Trump dan Kebijakan Tarifnya: Deja Vu?
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump selama masa jabatannya telah membangkitkan kembali kekhawatiran tentang efek destruktif proteksionisme. Dengan mengenakan tarif tinggi pada produk-produk impor dari berbagai negara, termasuk China dan Uni Eropa, Trump beralasan bahwa ia sedang melindungi industri AS dan mengurangi defisit perdagangan.
Namun, banyak ekonom dan analis memperingatkan bahwa tindakan Trump berisiko memicu perang dagang yang dapat merugikan semua pihak yang terlibat. Tarif yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya bagi konsumen dan bisnis, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan ketidakpastian di pasar global.
Beberapa studi menunjukkan bahwa tarif yang diberlakukan oleh Trump selama masa pemerintahannya, selain mempengaruhi perusahaan non-AS, juga merugikan perusahaan lokal dan konsumen lokal. Alih-alih membuat warga AS lebih kaya, mereka harus membayar harga yang lebih tinggi.
Pelajaran dari Sejarah
Sejarah Undang-Undang Smoot-Hawley menjadi peringatan keras tentang bahaya proteksionisme. Kebijakan yang dimaksudkan untuk melindungi ekonomi domestik justru dapat memicu konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti penurunan perdagangan global, resesi ekonomi, dan ketegangan politik.
Di era globalisasi ini, kerja sama internasional dan perdagangan bebas sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi dan stabilitas global. Negara-negara harus menghindari kebijakan proteksionis yang dapat merusak hubungan perdagangan dan menghambat kemakmuran bersama. Belajar dari kesalahan masa lalu adalah kunci untuk menghindari terulangnya tragedi seperti Depresi Besar.
Berikut adalah daftar produk yang terdampak UU Smoot-Hawley:
- Telur
- Pakaian
- Minyak Mentah
- Gula