Prabowo Subianto: Nasionalisme Mendarah Daging, Jantung Ini Merah Putih
Prabowo Klaim Nasionalisme Tertinggi: 'Jantung Saya Merah Putih!'
Jakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto menegaskan komitmen nasionalismenya yang mendalam dalam sebuah sarasehan ekonomi yang diadakan di Menara Mandiri, Jakarta Selatan, pada hari Selasa, 8 April 2025. Dalam forum tersebut, Prabowo menjawab pertanyaan mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan secara spontan menyatakan bahwa dirinya adalah salah satu tokoh yang paling nasionalis di Indonesia. Bahkan, ia menganalogikan nasionalismenya dengan warna jantungnya, yang menurutnya akan berwarna merah putih jika dibuka.
"TKDN itu niatnya baik, didasari oleh semangat nasionalisme. Dan kalau Saudara mengenal saya cukup lama, mungkin Saudara tahu bahwa saya ini paling nasionalis. Dulu ada istilah, kalau jantung saya dibuka, yang keluar itu merah putih," ujar Prabowo, disambut tepuk tangan meriah dari para peserta sarasehan.
TKDN Fleksibel: Antara Nasionalisme dan Daya Saing
Namun, Prabowo menekankan bahwa implementasi TKDN tidak boleh kaku dan harus tetap memperhatikan daya saing. Ia berpendapat bahwa pemaksaan TKDN yang berlebihan justru dapat membuat Indonesia kalah dalam kompetisi global.
"Kita harus realistis. TKDN yang dipaksakan pada akhirnya membuat kita kalah kompetitif. Saya sangat setuju jika TKDN dibuat lebih fleksibel. Mungkin bisa diganti dengan insentif," jelasnya.
Regulasi TKDN Perlu Direvisi: Pendekatan Multifaktorial
Oleh karena itu, Prabowo meminta agar regulasi TKDN dievaluasi dan direvisi agar lebih realistis. Menurutnya, masalah TKDN sangat kompleks dan melibatkan banyak faktor, termasuk pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.
"Tolong diubah itu, TKDN dibikin yang realistis saja. Masalah kemampuan dalam negeri, konten dalam negeri, itu masalah luas. Itu masalah pendidikan, IPTEK, science, tidak bisa kita atasi hanya dengan menaikkan regulasi TKDN," tegas Prabowo.
Prabowo menekankan pentingnya pendekatan multifaktorial dalam meningkatkan kemampuan dan konten dalam negeri. Ia percaya bahwa investasi dalam pendidikan, pengembangan IPTEK, dan penciptaan ekosistem inovasi yang kondusif akan jauh lebih efektif dalam jangka panjang daripada sekadar memaksakan regulasi TKDN yang kaku.
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menyinggung pentingnya keseimbangan antara nasionalisme dan pragmatisme dalam kebijakan ekonomi. Ia meyakini bahwa Indonesia dapat mencapai kemandirian ekonomi tanpa mengorbankan daya saing global. Kuncinya adalah dengan menciptakan regulasi yang cerdas dan memberikan insentif yang tepat untuk mendorong pengembangan industri dalam negeri.