Psikolog Ungkap: Hindari 4 Kalimat Ini Agar Anak Raih Potensi Terbaiknya
Membantu anak mencapai kesuksesan adalah impian setiap orang tua. Namun, tanpa disadari, beberapa kalimat yang sering diucapkan justru dapat menghambat perkembangan potensi mereka. Para pakar pengasuhan anak, Willian Stixrud dan Ned Johnson, penulis buku The Self-Driven Child, menyoroti pentingnya kesadaran orang tua dalam berkomunikasi dengan anak.
Stixrud dan Johnson, dengan pengalaman lebih dari enam dekade dalam bidang perkembangan anak, menemukan bahwa perubahan kecil dalam pola komunikasi dapat berdampak signifikan pada motivasi dan kemampuan anak untuk meraih kesuksesan. Mereka menekankan bahwa alih-alih menggunakan kata-kata yang memicu ketakutan atau rasa bersalah, orang tua sebaiknya menggunakan bahasa yang membangun kepercayaan diri dan mendorong kemandirian.
Berikut adalah empat contoh kalimat yang sebaiknya dihindari, beserta alternatif yang lebih konstruktif:
1. Hindari: "Jika tak bekerja keras saat ini, maka kamu akan menyesali seumur hidup!"
Kalimat ini, yang bertujuan untuk memotivasi anak agar lebih giat belajar atau berusaha, justru dapat menimbulkan kecemasan dan stres. Anak-anak, terutama yang masih kecil, mungkin kesulitan memahami konsep penyesalan jangka panjang dan merasa tertekan oleh ekspektasi yang tinggi. Akibatnya, mereka mungkin menjadi takut mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru.
Alternatif: Fokus pada kemajuan yang telah dicapai anak. Misalnya, katakan, "Kamu mungkin belum sepenuhnya menguasai [keterampilan X], tapi kamu sudah menunjukkan perkembangan yang pesat. Lihatlah seberapa jauh kamu sudah melangkah!" Pendekatan ini membantu anak menghargai proses belajar dan membangun kepercayaan diri.
2. Hindari: "Tugasku adalah menjagamu supaya selalu aman!"
Walaupun niatnya baik, kalimat ini dapat mengirimkan pesan bahwa anak tidak mampu mengatasi tantangan sendiri. Terlalu melindungi anak dapat menghambat perkembangan kemandirian dan kemampuan mereka untuk mengambil keputusan yang bijak. Anak-anak perlu belajar menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka agar dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
Alternatif: Berikan anak kesempatan untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Jika mereka kesulitan, tawarkan bantuan tanpa mengambil alih sepenuhnya. Ajarkan mereka tentang risiko dan konsekuensi dari berbagai pilihan, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik di masa depan. Biarkan anak bertanggung jawab atas kesalahan sendiri, dan jadikan hal itu sebagai pelajaran.
3. Hindari: "Saya menghukum kamu agar kamu belajar bahwa perilaku itu tak bisa diterima!"
Hukuman fisik atau verbal dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak. Selain itu, hukuman sering kali tidak efektif dalam mengubah perilaku jangka panjang. Anak-anak mungkin hanya mematuhi aturan karena takut dihukum, bukan karena mereka memahami mengapa perilaku tersebut salah. Hukuman juga dapat mendorong anak untuk berbohong atau menyembunyikan kesalahan mereka.
Alternatif: Bicarakan dengan anak tentang perilaku mereka dan jelaskan mengapa perilaku tersebut tidak dapat diterima. Bantu mereka memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain. Ajak mereka untuk mencari solusi bersama dan belajar dari kesalahan. Contoh: "Ibu/Bapak merasa sangat kesal dengan apa yang baru saja terjadi dan Ibu/Bapak rasa kamu juga akan merasa demikian. Bisakah kita bicara nanti tentang cara mendapatkan hasil yang lebih baik jika hal ini terjadi lagi?"
4. Hindari: "Kamu banyak menghabiskan waktu bersama ponselmu!"
Daripada mengkritik penggunaan ponsel anak, cobalah untuk memahami apa yang mereka lakukan dengan perangkat tersebut. Teknologi dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk belajar, berkreasi, dan terhubung dengan orang lain. Penting untuk membantu anak mengembangkan kebiasaan penggunaan ponsel yang sehat dan seimbang, bukan hanya melarang mereka menggunakannya.
Alternatif: Libatkan diri dalam aktivitas online anak. Tanyakan tentang apa yang mereka pelajari atau nikmati. Ajak mereka untuk mencoba hal-hal baru yang bermanfaat melalui ponsel. Tetapkan batasan waktu penggunaan ponsel yang jelas dan disepakati bersama. "Berapa banyak waktu lagi yang kamu perlukan untuk menyelesaikan apa yang kamu lakukan? Saya tidak ingin menghentikanmu [melakukan hal X], tetapi Ibu/Bapak juga ingin kamu menggunakan ponsel dengan cara yang tampak seimbang."
Dengan menghindari kalimat-kalimat negatif dan menggantinya dengan komunikasi yang positif dan konstruktif, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengembangkan potensi penuh dan meraih kesuksesan di masa depan.