Kondisi Cuaca Ekstrem Tunda Pencarian MH370 di Samudra Hindia: Operasi Dijadwalkan Ulang Akhir Tahun
Penundaan Pencarian MH370 Akibat Cuaca Buruk di Samudra Hindia
Pencarian baru pesawat Malaysia Airlines MH370, yang dilakukan oleh perusahaan robotika Ocean Infinity, terpaksa ditunda akibat kondisi cuaca yang tidak memungkinkan di Samudra Hindia bagian selatan. Pengumuman ini disampaikan oleh Menteri Transportasi Malaysia, Anthony Loke, yang menyatakan bahwa operasi pencarian akan dijadwalkan ulang pada akhir tahun ini.
"Saat ini bukan musim yang tepat untuk melakukan pencarian. Ocean Infinity telah menghentikan sementara operasi mereka dan berencana untuk melanjutkan pencarian pada akhir tahun ini, ketika kondisi cuaca lebih kondusif," ujar Loke.
Penundaan ini mengikuti pengumuman sebelumnya oleh Kabinet Malaysia tentang dimulainya kembali pencarian MH370 pada Maret 2025. Fokus pencarian terletak pada area seluas 15.000 kilometer persegi di Samudra Hindia yang belum dieksplorasi. Kesepakatan dengan Ocean Infinity menetapkan bahwa perusahaan tersebut tidak akan menerima pembayaran kecuali jika pesawat MH370 berhasil ditemukan.
Tantangan Cuaca Ekstrem dan Kondisi Dasar Laut
Peter Waring, mantan wakil manajer operasi dalam pencarian MH370 sebelumnya, menganggap penundaan ini wajar dan tidak mengejutkan. Ia menjelaskan bahwa kondisi cuaca ekstrem di Samudra Hindia bagian selatan selama musim dingin dapat membahayakan operasi pencarian.
"Cuaca di Samudra Hindia selatan cenderung sangat buruk selama musim dingin. Kondisi ini dapat membahayakan keselamatan kapal dan kru, sehingga seringkali memaksa penghentian sementara upaya pencarian," kata Waring.
Ia menambahkan bahwa wilayah tersebut dapat dianggap sebagai salah satu tempat terburuk di Bumi selama musim dingin, dengan badai ganas yang datang silih berganti dan menghasilkan gelombang setinggi lima meter. Angin kencang juga menjadi tantangan tersendiri bagi kapal yang beroperasi di wilayah tersebut.
"Dalam kondisi cuaca buruk, kapal sangat rentan. Selain itu, dibutuhkan waktu sekitar enam hari untuk berlayar ke pelabuhan terdekat, yaitu Fremantle. Kondisi ini membuat operasi pencarian semakin sulit dan berbahaya," jelas Waring.
Penggunaan teknologi canggih seperti robot bawah laut juga menghadapi kendala signifikan akibat cuaca ekstrem. Jika dipaksa beroperasi dalam kondisi badai, peralatan canggih tersebut berisiko hilang atau rusak.
Pengalaman Pencarian Sebelumnya
Selama pencarian MH370 dari tahun 2014 hingga 2017, operasi musim dingin juga seringkali terhenti akibat kondisi cuaca yang buruk. Beberapa kapten kapal bahkan menolak untuk kembali ke laut karena kondisi yang dianggap menyeramkan.
"Dari perspektif kenyamanan dan keselamatan kru, sangat masuk akal untuk tidak berada di sana selama musim dingin selatan," tegas Waring.
Selain cuaca, kondisi dasar laut di zona pencarian juga menjadi tantangan tersendiri. Dasar laut yang kompleks, dinamis, bergunung-gunung, dan dalam membutuhkan peralatan robotika canggih untuk memindai area tersebut secara efektif.
Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, penundaan pencarian MH370 hingga akhir tahun dianggap sebagai keputusan yang tepat untuk memastikan keselamatan kru dan keberhasilan operasi pencarian.