Gubernur Jakarta Murka: Sistem Bank DKI Lumpuh, Diduga Sabotase Internal

Pramono Anung Geram: Layanan Bank DKI Bermasalah, Indikasi Sabotase Internal Mencuat

Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menunjukkan kemarahannya atas gangguan sistem yang melanda Bank DKI sejak akhir Maret 2025. Gangguan ini menyebabkan lumpuhnya berbagai layanan perbankan digital, membuat nasabah kesulitan bertransaksi, terutama saat periode mudik dan Lebaran.

"Ini sudah keterlaluan!" tegas Pramono saat rapat terbatas dengan Direksi Bank DKI di Balai Kota Jakarta, Selasa (8/4/2025). Ia menduga kuat adanya keterlibatan orang dalam dalam insiden ini dan berencana melaporkannya ke Bareskrim Polri.

Dampak Sistem yang Bermasalah

Kemarahan Pramono dipicu oleh gelombang keluhan masyarakat yang tidak dapat mengakses layanan digital Bank DKI. Beberapa layanan yang terganggu:

  • JakOne Mobile: Aplikasi mobile banking Bank DKI, mengalami gangguan fitur transfer.
  • Pembayaran QRIS: Pengguna tidak dapat melakukan pembayaran menggunakan QRIS.
  • Tarik Tunai ATM Bersama: Nasabah kesulitan melakukan penarikan tunai melalui jaringan ATM Bersama.

Keluhan-keluhan ini mencapai puncaknya pada masa mudik dan perayaan Lebaran 31 Maret lalu, menambah beban bagi masyarakat yang ingin melakukan transaksi keuangan.

Tindakan Tegas dan Pembenahan Internal

Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan upaya pembenahan, Pramono mengambil langkah tegas dengan mencopot Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI, Amirul Wicaksono. Ia menilai bahwa pembenahan harus dimulai dari evaluasi dan perbaikan struktur manajemen IT yang dianggap lalai.

"Saya akan putuskan pembebastugasan direktur IT-nya segera dilakukan dan harus dilakukan sekarang," tegasnya.

Selain itu, Pramono memperingatkan seluruh jajaran Pemerintah Provinsi Jakarta untuk tidak melakukan intervensi dalam proses hukum dan investigasi yang akan dilakukan. Ia menekankan pentingnya penanganan yang profesional dan transparan agar kepercayaan publik terhadap Bank DKI dapat dipulihkan.

"Tidak boleh siapapun di dalam internal kita, terutama Pemerintah DKI ini ikut campur urusan ini. Siapapun yang ikut campur, saya akan ambil tindakan. Kenapa ini dilakukan? Untuk membangun trust kepada publik, bahwa publik ini tidak ada yang terganggu," kata Pramono.

Jaminan Keamanan Dana dan Target IPO

Meski mengakui adanya gangguan sistem, Pramono memastikan bahwa dana nasabah tetap aman. Namun, ia menegaskan bahwa gangguan ini tidak boleh terulang dan Bank DKI harus segera melakukan pembenahan secara menyeluruh.

"(gangguan layanan) ini yang terakhir. Tidak boleh lagi ada kejadian keempat," tegas Pramono.

Lebih lanjut, Pramono mendorong Bank DKI untuk segera memperbaiki performa dan mengejar target penawaran saham perdana (IPO) dalam enam bulan ke depan.

"Kalau bisa, Bank DKI ini IPO. Tidak mungkin diselesaikan satu setengah tahun. Maksimal enam bulan," ujarnya.

Reaksi Nasabah di Media Sosial

Sebelumnya, keluhan dari para nasabah mulai ramai sejak 29 Maret 2025 di platform media sosial X (dulu Twitter). Nasabah mengeluhkan berbagai masalah, mulai dari tidak tersedianya fitur transfer hingga kegagalan transaksi QRIS dan penarikan tunai.

  • Akun X @archive mengeluhkan hilangnya fitur transfer eksternal di aplikasi JakOne Mobile.
  • Akun @unknown melaporkan kegagalan transaksi QRIS, saldo terpotong namun transaksi tidak tercatat.
  • Akun @erza22 mengungkapkan kekecewaannya karena tidak dapat melakukan transaksi antar bank, pembayaran debit/QRIS, dan penarikan tunai di ATM Bersama selama periode mudik dan Lebaran.

Kasus ini menjadi perhatian serius dan menuntut tindakan cepat dan efektif dari Bank DKI untuk memulihkan kepercayaan nasabah dan memastikan kelancaran layanan perbankan.