Berkah Lebaran: Rezeki Porter Stasiun Gubeng Mengalir Deras di Tengah Arus Mudik
Berkah Lebaran: Rezeki Porter Stasiun Gubeng Mengalir Deras di Tengah Arus Mudik
Momen Idul Fitri 1446 Hijriah membawa angin segar bagi para pekerja keras di Stasiun Surabaya Gubeng. Para porter, garda depan yang membantu para pemudik membawa beban berat, merasakan peningkatan signifikan dalam pendapatan mereka. Di tengah hiruk pikuk stasiun yang dipenuhi ribuan penumpang, jasa mereka semakin dicari, membawa berkah yang tak terduga.
Mustain Susilo, seorang porter senior dengan pengalaman lebih dari tiga dekade di Stasiun Gubeng, mengungkapkan rasa syukurnya atas peningkatan rezeki yang ia terima. "Alhamdulillah, tahun ini rezeki dari para penumpang meningkat sekitar 50% dibandingkan hari-hari biasa," ujarnya dengan mata berbinar. Peningkatan ini, menurutnya, jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, menjadi oase di tengah tantangan ekonomi yang ada.
Dedikasi Mustain dalam melayani para pemudik patut diacungi jempol. Ia bahkan rela tidak mengambil libur Lebaran sepenuhnya demi mencari nafkah di stasiun. "Saat hari H Lebaran, saya hanya sempat berkumpul dengan keluarga di pagi hari, setelah itu langsung kembali ke Surabaya untuk bekerja," tuturnya. Baginya, momen mudik adalah kesempatan emas untuk mengumpulkan rezeki demi keluarga tercinta.
Para penumpang yang menggunakan jasa porter pun tak segan memberikan tip lebih sebagai bentuk apresiasi atas bantuan yang mereka terima. "Alhamdulillah, banyak penumpang yang berbaik hati memberikan uang tambahan. Rezeki ini sangat berarti bagi saya dan teman-teman porter," kata Mustain dengan senyum lebar.
Di Stasiun Surabaya Gubeng, sekitar 54 porter bekerja tanpa lelah selama 24 jam, dibagi dalam beberapa shift, untuk melayani para pemudik. Mereka menjadi tulang punggung yang memastikan kelancaran arus penumpang di salah satu stasiun tersibuk di Surabaya ini. Setiap stasiun memiliki pengaturan jam kerja yang berbeda untuk para porter, disesuaikan dengan kebutuhan dan volume penumpang.
Sebelum menjadi porter yang setia, Mustain memiliki masa lalu yang berbeda. Di era 1990-an, ia sempat menjadi calo tiket kereta api. Namun, seiring dengan penertiban praktik percaloan, ia beralih profesi menjadi porter pada tahun 1992 dan terus menekuninya hingga saat ini. "Saya sangat bersyukur bisa bekerja sebagai porter selama puluhan tahun. Alhamdulillah, dari pekerjaan ini saya bisa menghidupi keluarga," ungkapnya dengan nada penuh syukur.
Wahyu Andinia Srika, seorang penumpang yang menggunakan jasa porter, mengungkapkan alasannya menggunakan jasa mereka. "Alasan utamanya adalah agar tidak repot membawa barang bawaan yang banyak dan berat. Selain itu, saya juga ingin berbagi rezeki dengan para porter," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa sebagian porter memang menawarkan tarif tertentu, sementara yang lain tidak. Namun, ia selalu memberikan uang lebih sebagai bentuk apresiasi atas bantuan yang diberikan. "Jika barang bawaan saya banyak, saya biasanya memberikan Rp 50 ribu. Tapi, kalau porternya sudah tua atau bekerja di malam hari, saya memberikan lebih sebagai bentuk simpati," pungkasnya.
Daftar Layanan Porter:
- Membantu menurunkan barang bawaan penumpang dari kendaraan ke area peron.
- Membantu mengangkat barang bawaan penumpang ke atas kereta.
- Membantu menurunkan barang bawaan penumpang dari kereta ke area penjemputan.
- Membantu mencarikan tempat duduk yang nyaman bagi penumpang.
- Memberikan informasi terkait jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta.
Kisah para porter di Stasiun Surabaya Gubeng adalah cerminan dari semangat kerja keras dan gotong royong yang mewarnai momen Lebaran di Indonesia. Di balik hiruk pikuk stasiun, terdapat perjuangan para pahlawan tanpa tanda jasa yang membantu memastikan perjalanan mudik berjalan lancar dan nyaman bagi semua orang.