Isolasi dan Infrastruktur Memprihatinkan di Krayan, Kalimantan Utara: Jalanan yang Tak Ramah Manusia, Harga Sembako Melonjak
Isolasi dan Infrastruktur Memprihatinkan di Krayan, Kalimantan Utara: Jalanan yang Tak Ramah Manusia, Harga Sembako Melonjak
Daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tengah menghadapi tantangan infrastruktur yang serius. Lima kecamatan di wilayah ini terisolasi, hanya dapat diakses melalui jalur udara menggunakan pesawat perintis dari Nunukan. Kondisi jalan yang memprihatinkan, khususnya saat musim hujan, menyebabkan aksesibilitas menjadi sangat terbatas bahkan terputus. Kondisi ini diperparah dengan rusaknya Jembatan VBude, satu-satunya penghubung antar kecamatan, sehingga aktivitas sosial ekonomi praktis lumpuh. Ungkapan ‘Garuda di dadaku, Malaysia di perutku’ yang selama ini melekat pada masyarakat Krayan, menggambarkan ketergantungan mereka pada negara tetangga akibat buruknya infrastruktur di wilayah mereka sendiri.
Kasubid Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Kabupaten Nunukan, Mulyadi, menggambarkan kondisi jalanan di Krayan dengan gamblang: “Jalanan di Krayan bukan jalan untuk manusia, melainkan jalan untuk kerbau. Lumpur jalan bisa mencapai lebih dari satu meter,” ujarnya. Kondisi ini memaksa petugas BPBD, masyarakat, dan aparat setempat untuk bekerja keras membangun jembatan darurat VBude. Proses pembangunannya sangat menantang, melibatkan penebangan pohon manual, penarikan kayu menggunakan kerbau, bahkan pengapungan kayu di sungai. Tim pembangunan bahkan harus menginap di hutan selama berhari-hari dalam kondisi yang sangat sulit, menggambarkan betapa beratnya tantangan yang mereka hadapi. Setelah bekerja selama 12 hari, jembatan darurat sepanjang 47 meter dan lebar 3 meter ini akhirnya selesai dibangun menggunakan kayu Blaban khas Krayan.
Meskipun jembatan darurat telah beroperasi, masalah infrastruktur di Krayan belum terselesaikan. Camat Krayan Selatan, Oktafianus Ramli, menjelaskan bahwa jembatan tersebut baru dapat dilewati sepeda motor, dan masih perlu penambahan material untuk menahan beban kendaraan yang lebih berat. Kendala utama tetaplah kondisi jalan yang masih sangat buruk. Kondisi ini berdampak signifikan pada harga sembako dan bahan pokok yang melambung tinggi. Harga gula pasir mencapai Rp 28.000/kg, bensin Rp 30.000/liter, LPG Rp 900.000/tabung, dan semen Rp 1 juta/zak. Kenaikan harga ini dipicu oleh kesulitan transportasi dan ongkos angkut yang mahal akibat kondisi jalan yang tidak layak. Barang-barang harus dipikul atau dipanggul dari Long Bawan, pusat Krayan, ke daerah selatan.
Kejadian ini menunjukkan betapa mendesaknya perlunya perbaikan infrastruktur di Krayan. Pembangunan jembatan darurat hanyalah solusi sementara. Perbaikan jalan yang signifikan dan berkelanjutan menjadi kunci untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Krayan. Harapan masyarakat Krayan untuk mendapatkan perhatian dan pembangunan infrastruktur yang memadai dari pemerintah pusat dan daerah sangatlah besar. Mereka berharap agar slogan ‘Garuda di dadaku, Malaysia di perutku’ dapat segera menjadi bagian dari masa lalu, tergantikan oleh kesejahteraan dan kemajuan yang nyata.
Kondisi Jalan: * Jalanan rusak parah, khususnya saat musim hujan. * Lumpur jalan mencapai lebih dari satu meter. * Jembatan VBude, akses utama antar kecamatan, rusak.
Dampak: * Isolasi lima kecamatan di Krayan. * Terputusnya akses ekonomi dan sosial. * Kenaikan harga sembako yang signifikan. * Ketergantungan pada Malaysia.