Kekhawatiran Tarif AS-China Memicu Koreksi di Wall Street: Apple Tertekan

Wall Street Bergejolak Akibat Ketegangan Tarif AS-China

Pasar saham Amerika Serikat, Wall Street, mengalami koreksi signifikan pada perdagangan hari Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB), mengakhiri reli singkat dan memicu kembali kekhawatiran investor terkait kebijakan tarif yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump terhadap barang-barang impor dari China. Sentimen pasar tertekan oleh potensi penerapan tarif kumulatif mencapai 104% yang diperkirakan akan memukul perusahaan-perusahaan AS yang memiliki rantai pasok atau pasar signifikan di China.

Kinerja saham Apple menjadi sorotan utama dalam koreksi ini. Sebagai perusahaan teknologi raksasa yang sangat bergantung pada manufaktur dan penjualan di China, Apple mengalami penurunan tajam, memimpin pelemahan di antara saham-saham teknologi lainnya. Kekhawatiran investor berpusat pada potensi kenaikan biaya produksi iPhone dan produk Apple lainnya akibat tarif baru tersebut, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi margin keuntungan dan daya saing perusahaan.

Rincian Pergerakan Pasar

  • Dow Jones Industrial Average: Sempat mencatat kenaikan hingga 3,9% di awal sesi, namun berbalik arah dan ditutup melemah.
  • S&P 500: Turun 1,57% dan ditutup pada level 4.982,77. Indeks ini hampir memasuki zona bear market, dengan penurunan mendekati 19% dari rekor tertinggi yang dicapai pada bulan Februari. Penutupan di bawah level 5.000 menjadi yang pertama sejak April 2024.
  • Nasdaq Composite: Mengalami penurunan lebih dari 13% dalam empat hari terakhir.

Awalnya, pasar sempat menunjukkan optimisme, didorong oleh anggapan bahwa pasar telah mengalami oversold (jenuh jual) dan spekulasi mengenai kemungkinan negosiasi antara AS dan mitra dagangnya untuk menurunkan tarif. Namun, sentimen positif ini tidak bertahan lama.

Saham Apple, setelah sempat menguat lebih dari 4% di awal sesi, akhirnya ditutup merosot hampir 5%. Secara kumulatif, saham Apple telah kehilangan hampir 23% nilainya dalam empat hari perdagangan terakhir. Penerapan tarif baru, yang berlaku setelah tengah malam di atas tarif dasar 10% yang sudah diterapkan sebelumnya, semakin memperburuk sentimen pasar.

Gedung Putih mengonfirmasi bahwa tarif kumulatif sebesar 104% akan dikenakan pada berbagai barang impor dari China, meningkatkan kekhawatiran tentang potensi dampak negatif terhadap ekonomi global dan hubungan perdagangan antara kedua negara adidaya tersebut.

Investor kini menantikan perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan tarif dan potensi dampaknya terhadap kinerja perusahaan-perusahaan AS, terutama yang memiliki eksposur signifikan ke pasar China. Volatilitas pasar diperkirakan akan tetap tinggi seiring dengan berlanjutnya ketidakpastian seputar isu perdagangan ini.