Perbedaan Data Harga Pangan Ramadan-Lebaran 2025: Bapanas Klaim Turun, BPS Catat Kenaikan
Perbedaan Data Harga Pangan Ramadan-Lebaran 2025: Bapanas Klaim Turun, BPS Catat Kenaikan
Terjadi perbedaan data terkait pergerakan harga pangan selama bulan Ramadan dan Idul Fitri 2025 antara Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Bapanas mengklaim terjadi penurunan harga pada sejumlah komoditas pangan, termasuk beras, sementara BPS justru mencatat adanya kenaikan harga pada beberapa komoditas. Perbedaan data ini menimbulkan pertanyaan tentang metodologi pengumpulan data dan interpretasi yang digunakan oleh kedua lembaga.
Klaim Penurunan Harga dari Bapanas
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa harga beras, baik medium maupun premium, mengalami penurunan selama Ramadan dan Idul Fitri 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan data Bapanas, rata-rata harga beras medium tercatat Rp 13.699/kg, lebih rendah dibandingkan Ramadan 2024 yang mencapai Rp 14.253/kg. Harga beras premium juga mengalami penurunan sebesar 5,34%, dari Rp 16.427/kg menjadi Rp 15.549/kg.
Selain beras, Bapanas juga mencatat penurunan harga pada jagung di tingkat peternak sebesar 28,09%, serta penurunan harga pada daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing sebesar 5,47% dan 6,82%. Penurunan harga juga terjadi pada cabai merah keriting dan daging sapi, meskipun dalam persentase yang lebih kecil.
Arief Prasetyo Adi mengklaim bahwa stabilitas harga pangan ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, asosiasi, dan pelaku usaha sektor pangan. Koordinasi yang baik dalam menyiapkan cadangan pangan dan menjaga kecukupan stok dinilai menjadi kunci keberhasilan dalam menekan laju inflasi pangan.
Catatan Kenaikan Harga dari BPS
Berbeda dengan klaim Bapanas, data BPS justru menunjukkan adanya kenaikan harga pada beberapa komoditas pangan selama Ramadan dan Lebaran 2025. BPS mencatat bahwa beras, bawang merah, cabai rawit, dan daging ayam ras memberikan andil pada inflasi komoditas.
Menurut Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, komponen harga bergejolak (volatile food) mengalami inflasi sebesar 1,96% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,33%. Kenaikan harga beras juga tercatat di berbagai tingkatan, mulai dari penggilingan, grosir, hingga eceran. Di tingkat penggilingan, harga beras naik 0,81% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara di tingkat grosir dan eceran, kenaikan harga masing-masing tercatat sebesar 1,12% dan 0,55%.
Analisis dan Implikasi
Perbedaan data antara Bapanas dan BPS menimbulkan pertanyaan tentang validitas dan representasi data yang digunakan oleh masing-masing lembaga. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan metodologi pengumpulan data, cakupan wilayah survei, atau interpretasi data yang berbeda. Penting untuk memahami metodologi yang digunakan oleh kedua lembaga untuk mengevaluasi validitas klaim penurunan dan kenaikan harga.
Ketidaksesuaian data ini dapat menimbulkan kebingungan di masyarakat dan mempengaruhi kepercayaan publik terhadap informasi yang diberikan oleh pemerintah. Pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap sistem pengumpulan dan pelaporan data harga pangan untuk memastikan akurasi dan konsistensi data yang dihasilkan. Koordinasi yang lebih baik antara Bapanas dan BPS juga diperlukan untuk menghindari perbedaan interpretasi data dan memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada masyarakat.
Selain itu, perbedaan data ini juga dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam pengendalian harga pangan. Jika data yang digunakan tidak akurat, kebijakan yang diambil dapat menjadi tidak efektif dan bahkan kontraproduktif. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memiliki data harga pangan yang akurat dan terpercaya sebagai dasar pengambilan kebijakan.
Kesimpulan
Perbedaan data harga pangan antara Bapanas dan BPS selama Ramadan dan Lebaran 2025 menunjukkan adanya tantangan dalam sistem pengumpulan dan pelaporan data harga pangan di Indonesia. Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan perbaikan untuk memastikan akurasi dan konsistensi data yang dihasilkan. Koordinasi yang lebih baik antara lembaga-lembaga terkait dan transparansi dalam metodologi pengumpulan data akan membantu meningkatkan kepercayaan publik terhadap informasi harga pangan dan mendukung pengambilan kebijakan yang lebih efektif.
Kata kunci penting:
- Harga Pangan
- Bapanas
- BPS
- Inflasi
- Ramadan
- Lebaran
- Beras
- Data Harga
- Kenaikan Harga
- Penurunan Harga
- Volatile Food
- Statistik Pangan
- Kebijakan Pangan