Kematian Ibu Meningkat: Ancaman Nyata di Tengah Pemotongan Dana Kesehatan Global

Alarm Kenaikan Angka Kematian Ibu: Krisis Global Membutuhkan Respons Mendesak

Di tengah kemajuan global dalam menurunkan angka kematian ibu selama dua dekade terakhir, sebuah tren mengkhawatirkan muncul: peningkatan kematian terkait kehamilan dan persalinan. Laporan terbaru mengindikasikan bahwa laju penurunan kematian ibu telah melambat secara signifikan sejak 2016, dengan proyeksi yang mengkhawatirkan sekitar 260.000 kematian pada tahun 2023, setara dengan satu kematian ibu setiap dua menit.

Faktor Pemicu Kenaikan

Beberapa faktor berkontribusi pada tren yang mengkhawatirkan ini. Salah satu yang paling signifikan adalah pemotongan dana kemanusiaan, terutama dari negara-negara donor utama seperti Amerika Serikat. Pemotongan ini berdampak langsung pada layanan kesehatan esensial di banyak negara, memaksa penutupan fasilitas kesehatan, hilangnya tenaga kesehatan, dan gangguan pada rantai pasokan obat-obatan dan persediaan penting. Akibatnya, perawatan untuk komplikasi kehamilan seperti pendarahan, preeklamsia, dan malaria - penyebab utama kematian ibu - menjadi semakin sulit diakses.

  • Pemotongan dana: Mengakibatkan penutupan fasilitas kesehatan dan kekurangan tenaga medis.
  • Gangguan rantai pasokan: Menyebabkan kelangkaan obat-obatan esensial dan persediaan medis.
  • Pandemi COVID-19: Memperburuk situasi dengan gangguan layanan kesehatan dan peningkatan komplikasi kehamilan.

Dampak Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 telah memperburuk situasi, dengan perkiraan 40.000 lebih kematian ibu pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini tidak hanya disebabkan oleh komplikasi langsung COVID-19, tetapi juga oleh gangguan yang meluas pada layanan bersalin. Pandemi menyoroti pentingnya memastikan akses berkelanjutan ke perawatan kesehatan ibu selama keadaan darurat, termasuk layanan dan pemeriksaan rutin serta perawatan darurat 24 jam.

Ketidaksetaraan dan Tantangan Regional

Laporan tersebut juga menyoroti ketidaksetaraan yang terus-menerus terjadi antara wilayah dan negara. Meskipun beberapa wilayah seperti Afrika sub-Sahara telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam mengurangi angka kematian ibu, wilayah ini masih menyumbang sekitar 70 persen dari beban kematian ibu global pada tahun 2023. Selain itu, angka kematian ibu mengalami stagnasi di beberapa wilayah lain, termasuk Afrika Utara dan Asia Barat, Asia Timur dan Tenggara, Oseania, Eropa dan Amerika Utara, serta Amerika Latin dan Karibia.

  • Afrika Sub-Sahara: Menyumbang 70% kematian ibu global.
  • Stagnasi: Terjadi di Afrika Utara, Asia Barat, Asia Timur, Asia Tenggara, Oseania, Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Karibia.

Seruan untuk Bertindak

Mengingat tren yang mengkhawatirkan ini, para ahli kesehatan global menyerukan tindakan mendesak untuk mengatasi krisis kematian ibu. Mereka menekankan pentingnya memastikan akses ke perawatan bersalin yang berkualitas, memperkuat hak kesehatan dan reproduksi perempuan dan anak perempuan, dan berinvestasi pada bidan, perawat, dan petugas kesehatan masyarakat.

Selain itu, mereka mendesak negara-negara donor untuk memulihkan dan meningkatkan pendanaan untuk layanan kesehatan esensial, terutama di negara-negara yang paling rentan. Dengan tindakan yang tepat dan komitmen yang kuat, adalah mungkin untuk membalikkan tren yang mengkhawatirkan ini dan memastikan bahwa setiap ibu memiliki kesempatan untuk bertahan hidup dan berkembang.

Solusi yang Ditawarkan:

  • Memastikan akses ke perawatan bersalin berkualitas.
  • Memperkuat hak kesehatan dan reproduksi.
  • Berinvestasi pada tenaga kesehatan.
  • Memulihkan dan meningkatkan pendanaan layanan kesehatan.

Kematian ibu bukan hanya tragedi individu, tetapi juga masalah kesehatan masyarakat yang mendalam. Dengan mengatasi faktor-faktor yang mendasarinya dan berinvestasi pada solusi yang efektif, kita dapat menyelamatkan nyawa dan menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi perempuan dan keluarga di seluruh dunia.