Hadapi Gempuran Ekonomi Global, Persatuan dan Kewaspadaan Nasional Jadi Kunci Ketahanan Indonesia
markdown Indonesia dihadapkan pada tantangan berat di tengah pusaran perang ekonomi global. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono, menyerukan kepada seluruh elemen bangsa untuk memperkuat persatuan dan meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi gempuran disinformasi dan strategi geopolitik yang bertujuan melemahkan kedaulatan ekonomi negara.
Hendropriyono mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh narasi-narasi negatif yang sengaja dihembuskan melalui media massa, terutama yang berasal dari sumber-sumber yang memiliki kepentingan terselubung. Ia mencontohkan artikel-artikel tendensius yang menyalahkan kebijakan pemerintah Indonesia dalam menghadapi perang ekonomi. Sebaliknya, ia mengajak masyarakat untuk mencermati informasi resmi yang disampaikan oleh pemerintah melalui kementerian terkait, seperti Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Keuangan.
"Para patriot Indonesia, agar tingkatkan kewaspadaan kita bersama. Negara saat ini sedang digempur oleh berbagai hoaks di media massa," tegas Hendropriyono.
Lebih lanjut, Hendropriyono menekankan pentingnya persatuan dan keterpaduan antara rakyat dan pemerintah di semua lini, mulai dari eksekutif, legislatif, hingga yudikatif. Hal ini diperlukan untuk menghadapi perang asimetris yang juga dialami oleh negara-negara anggota BRICS lainnya, seperti Brazil dan Mesir.
Ia juga mewanti-wanti terhadap upaya-upaya yang memicu sentimen rasialisme anti-China, yang menurutnya digunakan sebagai alat oleh Amerika Serikat dan Inggris untuk mempertahankan hegemoni finansial global mereka. Hendropriyono menegaskan bahwa Indonesia harus percaya pada kekuatan sendiri untuk bertahan dari cengkeraman kaum kapitalis imperialis.
"Waspadai wacana rasialisme anti China yang mereka gaungkan ke masyarakat kita, untuk kepentingan Amerika dan Inggris mempertahankan status quo hegemoni finansial global," ujarnya.
Serangan terhadap negara-negara BRICS dalam perang hibrida ini diperkirakan akan semakin intensif, terutama dari Wall Street dan Bursa London. Strategi yang digunakan antara lain adalah menguasai jalur-jalur pelayaran strategis, seperti:
- Terusan Barat Laut
- Terusan Timur Laut
- Terusan Panama
- Terusan Suez
Namun, Hendropriyono meyakini bahwa ketahanan ekonomi, perdagangan, dan keuangan Indonesia jauh lebih kuat dibandingkan negara-negara Eropa dan bahkan negara-negara lain di dunia.
Di tengah ketidakpastian global akibat konflik geopolitik di berbagai wilayah, Indonesia berhasil menjaga stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang positif. Investasi asing, termasuk dari perusahaan raksasa seperti BlackRock, juga memberikan dampak positif bagi Indonesia, seperti meningkatkan kepercayaan investor, membuka akses ke jaringan internasional, dan mendorong pertumbuhan pasar modal lokal.
"Pemerintah sudah melangkah dengan cepat dan tepat sebagai anggota BRICS, sehingga kita harus mengencangkan ikat pinggang dan meningkatkan persatuan dan keterpaduan antara rakyat dengan pemerintahan negara," kata Hendropriyono.
Ia mengajak seluruh masyarakat untuk mencermati perkembangan situasi global dan merapatkan barisan antara rakyat dan pemerintah. Hendropriyono mengingatkan agar tidak terjebak dalam strategi geopolitik yang justru menjadi penyambung lidah kaum kapitalis internasional.
"Segala kritik dan komentar terhadap pemerintah sebagai panglima perang kita, harus diyakini sebagai pendukung untuk mengedepankan kepentingan nasional di tengah badai perang dunia ekonomi ini," pungkasnya, seraya memberikan semangat kepada generasi penerus bangsa untuk terus berjuang.