Wabah Antraks Guncang Gunungkidul: Puluhan Ternak Mati Misterius, Tiga Warga Terkonfirmasi Positif

Gunungkidul Dilanda Wabah Antraks: Puluhan Ternak Mati, Tiga Warga Positif

Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tengah menghadapi ancaman serius dengan merebaknya wabah antraks. Dinas Kesehatan Gunungkidul telah mengkonfirmasi adanya kasus antraks yang menjangkiti manusia, menyusul laporan kematian misterius puluhan hewan ternak dalam dua bulan terakhir.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Ismono, mengungkapkan bahwa tiga warga telah dinyatakan positif antraks dan saat ini menjalani rawat jalan. Selain itu, dua orang lainnya berstatus suspek antraks dan sedang dalam pengawasan ketat.

"Ada kasus terkonfirmasi 3 orang, juga ada kasus suspek antraks 2 orang," ujar Ismono.

Kasus antraks pada manusia ini terungkap setelah dilakukan penyelidikan terhadap kasus kematian hewan ternak di wilayah Rongkop dan Girisubo. Petugas kesehatan menemukan luka lesi pada kulit beberapa warga, yang merupakan indikasi kuat terinfeksi antraks.

Meski pasien menjalani rawat jalan, Dinas Kesehatan menerapkan protokol ketat dengan melakukan inkubasi selama 60 hari. Periode inkubasi ini dapat diperpanjang dua kali lipat jika ditemukan kasus baru, guna memastikan penyebaran penyakit dapat dikendalikan.

"Semuanya melakukan perawatan di Puskesmas, dan rawat jalan," imbuh Ismono.

Selain itu, Dinas Kesehatan Gunungkidul secara aktif memantau konsumsi obat pada populasi berisiko dan memberikan profilaksis sebagai langkah pencegahan dan perawatan.

Sebelumnya, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul melaporkan kematian puluhan hewan ternak yang diduga akibat antraks selama bulan Februari dan Maret 2025. Kematian ternak ini terjadi di dua lokasi, yaitu Kalurahan Tileng (Girisubo) dan Bohol (Rongkop).

Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan sampel laboratorium untuk memastikan penyebab kematian ternak. Namun, tidak semua ternak yang mati diperiksa karena gejala yang muncul sangat mirip dengan antraks.

"Yang mati itu ada sekitar 20-an di dua tempat ya (Kalurahan Tileng, Girisubo, dan Bohol, Kapanewon Rongkop), kurun waktu 2 bulan Februari-Maret," kata Wibawanti Wulandari.

DPKH Gunungkidul mengakui kesulitan dalam mencegah penyebaran antraks karena sebagian besar ternak yang mati telah disembelih dan dijual dalam bentuk daging. Diduga, peternak melakukan hal ini karena khawatir mengalami kerugian jika ternak mati dan tidak ada pembeli yang bersedia membeli secara utuh.

Wabah antraks di Gunungkidul ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.

Langkah-langkah Penanggulangan yang Dilakukan

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah mengambil sejumlah langkah strategis untuk mengatasi wabah antraks ini, antara lain:

  • Peningkatan Surveilans: Dinas Kesehatan dan DPKH meningkatkan surveilans aktif untuk mendeteksi kasus antraks pada manusia dan hewan secara dini.
  • Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan laboratorium dilakukan secara intensif terhadap sampel dari hewan ternak yang mati atau menunjukkan gejala antraks.
  • Vaksinasi Hewan Ternak: Program vaksinasi antraks digencarkan untuk melindungi hewan ternak yang sehat dari infeksi.
  • Edukasi Masyarakat: Masyarakat diberikan edukasi mengenai antraks, cara penularan, gejala, dan langkah-langkah pencegahan.
  • Pengawasan Penjualan Daging: Pengawasan terhadap penjualan daging ternak ditingkatkan untuk memastikan daging yang dijual aman dan bebas dari antraks.
  • Pembatasan Lalu Lintas Hewan: Lalu lintas hewan ternak dari dan ke wilayah yang terjangkit antraks dibatasi untuk mencegah penyebaran penyakit.

Dengan langkah-langkah komprehensif ini, diharapkan wabah antraks di Gunungkidul dapat segera teratasi dan tidak meluas ke wilayah lain. Masyarakat juga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera melapor kepada petugas kesehatan jika menemukan gejala antraks pada diri sendiri atau hewan ternak.