Evaluasi Tata Ruang Jadi Sorotan di HUT ke-77 Subang, Dedi Mulyadi: Pembenahan Mendesak untuk Pulihkan Ekosistem

Kabupaten Subang memasuki usia ke-77 tahun, momentum ini dijadikan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai aspek pembangunan daerah. Dedi Mulyadi, tokoh publik Jawa Barat, menyoroti pentingnya pembenahan tata ruang yang dinilai krusial untuk memulihkan ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Subang.

Dalam unggahan di media sosial yang dikonfirmasi oleh berbagai sumber, Dedi Mulyadi menyerukan agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Subang bergerak cepat melakukan transformasi di berbagai sektor. Dia menekankan perlunya birokrasi yang responsif dan melayani masyarakat, bukan sebaliknya. "Usia Kabupaten Subang sudah sangat tua, 77 tahun. Banyak hal yang harus segera kita benahi," ujarnya.

Infrastruktur dan Tata Ruang Jadi Prioritas

Salah satu fokus utama yang disoroti adalah infrastruktur jalan yang dinilai masih buruk di beberapa wilayah. Dedi Mulyadi mendesak Pemkab Subang untuk mengoptimalkan anggaran daerah dan memprioritaskan belanja transformasi publik, khususnya pembangunan dan perbaikan jalan.

Namun, yang lebih mendalam adalah evaluasi terhadap tata ruang wilayah. Dedi Mulyadi menilai bahwa kesalahan dalam penyusunan tata ruang di masa lalu telah menyebabkan berbagai permasalahan, termasuk:

  • Kerusakan Ekosistem: Alih fungsi lahan sawah menjadi kawasan permukiman di wilayah utara mengancam ketahanan pangan dan keseimbangan ekosistem.
  • Bangunan Tidak Teratur: Di wilayah selatan, area perkebunan berubah menjadi bangunan-bangunan yang tidak teratur dan tidak memiliki nilai estetika maupun historis.
  • Hilangnya Keindahan Alam: Transformasi area perkebunan teh menjadi bangunan kumuh merusak keindahan kawasan Ciater dan Lembang.

"Harus membenahi tata ruang karena ada kesalahan dalam menyusun tata ruang di periode lalu. Hal ini mengakibatkan Subang menjadi berantakan," tegas Dedi Mulyadi.

Pengelolaan Sampah dan Potensi Lokal

Selain tata ruang, Dedi Mulyadi juga menyoroti pengelolaan sampah yang dinilai masih bermasalah. Dia mengusulkan agar setiap desa dan kelurahan memiliki sistem pengelolaan sampah mandiri untuk mengatasi masalah ini.

Potensi lokal Subang juga menjadi perhatian. Dedi Mulyadi mendorong pengembangan sentra produksi perikanan dan penataan kampung nelayan. Dia mengingatkan bahwa Subang memiliki keunggulan geografis dengan daerah dingin dan panas, gunung dan laut, yang dapat dimanfaatkan secara optimal.

Perkebunan Nanas dan Banjir di Selatan

Perkebunan nanas sebagai salah satu sentra produksi masyarakat Subang juga perlu ditata kembali, menurut Dedi Mulyadi. Dia mendorong Pemda untuk membuka kembali perkebunan nanas, tetapi dengan memperhatikan keseimbangan dengan areal pertambangan.

Fenomena banjir di wilayah selatan Subang juga menjadi sorotan. Dedi Mulyadi menilai hal ini sebagai sesuatu yang aneh karena banjir biasanya terjadi di wilayah utara. Dia menduga bahwa banjir di selatan disebabkan oleh kerusakan ekosistem dan tata kelola lingkungan yang buruk.

"Di selatan Subang hari ini banjir, ini aneh. Padahal banjir rata-rata di utara. Artinya ada ekosistem yang rusak, ada tata kelola lingkungan yang rusak diakibatkan tata kelola pemerintahan yang rusak," jelasnya.

Dengan evaluasi menyeluruh dan pembenahan yang tepat, Dedi Mulyadi berharap Subang dapat kembali menjadi daerah yang indah, sejahtera, dan berdaya saing.