Layar Tancap Lebak Bulus Bertahan di Tengah Gempuran Hiburan Modern

Di tengah gemerlapnya hiburan modern yang serba digital, sebuah tradisi lama masih berdenyut di sudut Jakarta Selatan. Layar tancap, hiburan rakyat yang pernah menjadi primadona, kini berjuang mempertahankan eksistensinya di kawasan Waduk Lebak Bulus.

Soleh (53), seorang anggota Operator Film (Operfi), komunitas yang menghidupkan kembali tradisi ini, mengungkapkan bahwa antusiasme penonton layar tancap kini jauh berbeda dibandingkan era kejayaannya. Kenangan masa kecilnya dipenuhi dengan keramaian penonton yang setia menyaksikan film hingga dini hari. Namun, pemandangan itu kini sulit ditemukan.

"Dulu layar tancap itu ramai sekali. Sekarang, ini lebih karena sesama hobi saja. Yang suka ya ikut nonton, yang tidak, ya silakan," ujar Soleh, menggambarkan suasana terkini.

Evolusi Hiburan: Tantangan Layar Tancap

Perkembangan teknologi dan diversifikasi hiburan menjadi tantangan utama bagi layar tancap. Soleh menjelaskan bahwa kini masyarakat memiliki akses tak terbatas ke berbagai bentuk hiburan melalui perangkat mobile. Dulu, ketika pilihan hiburan terbatas, layar tancap menjadi magnet yang menarik perhatian banyak orang.

"Dulu hiburan tidak sebanyak sekarang. Sekarang orang lihat HP saja sudah bisa nonton apa saja. Dulu TVRI jam 9 atau 10 malam sudah tidak ada hiburan, suasananya sudah sepi," jelasnya.

Komunitas dan Nostalgia: Pilar Bertahannya Layar Tancap

Meskipun menghadapi tantangan, layar tancap di Lebak Bulus tetap memiliki daya tarik tersendiri. Penonton kini didominasi oleh anggota Operfi dan para penggemar film yang memiliki minat serupa. Jadwal pemutaran pun disesuaikan dengan ketersediaan anggota komunitas.

"Kami tidak memberikan jadwal khusus. Kalau lagi iseng ingin memutar film, kami ajak teman-teman, ya sudah, kita putar saja," kata Soleh.

Namun, daya tarik layar tancap tidak hanya terbatas pada komunitas. Warga sekitar dan mereka yang ingin bernostalgia juga seringkali hadir untuk menikmati suasana yang unik ini.

"Ada juga yang datang karena kangen. 'Ada layar tancap, nostalgia yuk'. Mereka tanya, 'Boleh nonton?', 'Boleh, silakan, gratis'," ungkap Soleh.

Sentuhan Klasik dan Modern: Perpaduan yang Menarik

Layar tancap Operfi memiliki keunikan tersendiri. Mereka menggunakan proyektor film klasik dan memutar film dalam bentuk gulungan pita seluloid, memberikan sentuhan nostalgia bagi para penonton. Namun, mereka juga tidak menutup diri terhadap perkembangan teknologi.

"Setelah tahun 2000-an kan sudah mulai tidak pakai roll lagi, pakainya digital semua. Kita juga ada yang digital, kita pakai kalau ada nobar bola, kayak film horor juga, kita pakai flash disk," jelas Soleh.

Dari India hingga Korea: Ragam Film yang Ditawarkan

Film yang ditayangkan pun beragam, mulai dari film Indonesia, Inggris, Mandarin, Korea, hingga India. Seperti halnya bioskop, film-film asing ini juga dilengkapi dengan teks terjemahan berbahasa Indonesia.

Dalam satu malam penayangan, beberapa layar dapat dipasang untuk menayangkan film yang berbeda, memberikan pilihan yang lebih banyak kepada penonton.

Kembali Menyapa Penonton: Halal Bihalal dan Pemutaran Film

Setelah vakum selama bulan puasa, layar tancap di Waduk Lebak Bulus kembali hadir untuk menghibur masyarakat. Sebuah acara halal bihalal bersama komunitas akan diadakan, sekaligus menjadi ajang pemutaran film.

"Besok tanggal 12, yuk kita adakan halal bihalal sama komunitas. Masyarakat umum bisa datang juga ikut nonton," ajak Soleh.

Film India keluaran 1995 berjudul Baazi menjadi salah satu film yang akan diputar. Selain itu, ada pula film Mandarin, Amerika, dan Indonesia yang dapat menjadi pilihan hiburan di akhir pekan.

Layar tancap di Lebak Bulus adalah simbol ketahanan tradisi di tengah gempuran modernitas. Ia adalah ruang nostalgia, tempat berkumpulnya komunitas, dan wadah untuk menikmati film dengan cara yang berbeda. Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, layar tancap menawarkan jeda, mengajak kita untuk sejenak mengenang masa lalu dan menikmati kebersamaan.

Jadwal dan Informasi Pemutaran

  • Waktu: Setelah shalat Isya (sekitar pukul 19.00 WIB)
  • Lokasi: Waduk Lebak Bulus, Jakarta Selatan
  • Terbuka untuk umum dan gratis

Film yang akan diputar pada acara halal bihalal:

  • Baazi (India, 1995)
  • Film Mandarin
  • Film Amerika
  • Film Indonesia