Houthi Klaim Serangan Drone dan Rudal ke Kapal Perang AS dan Target Israel di Tengah Ketegangan Laut Merah
Klaim Serangan Houthi Tingkatkan Kekhawatiran di Laut Merah
Kelompok Houthi Yaman, yang didukung Iran, baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah melancarkan serangkaian serangan terhadap kapal-kapal militer Amerika Serikat dan target-target Israel. Klaim ini semakin meningkatkan ketegangan di wilayah Laut Merah yang strategis, jalur pelayaran krusial yang menghubungkan Eropa dan Asia.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyatakan dalam sebuah pernyataan video bahwa kelompoknya telah menyerang target militer Israel di wilayah pendudukan Yaffa (Tel Aviv) dengan menggunakan drone yang dinamai "Yaffa". Selain itu, mereka juga mengklaim telah menargetkan dua kapal perusak milik AS di Laut Merah dengan sejumlah rudal jelajah dan drone.
Serangan-serangan ini diklaim sebagai balasan atas agresi Israel di Gaza dan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina. Houthi telah berulang kali menyatakan bahwa mereka akan terus menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel atau Amerika Serikat di Laut Merah sampai agresi di Gaza dihentikan.
Respon dan Dampak
Militer Israel mengkonfirmasi bahwa mereka telah berhasil mencegat drone yang diluncurkan dari arah timur sebelum memasuki wilayah udara mereka. Namun, mereka belum memberikan konfirmasi lebih lanjut mengenai klaim serangan terhadap target di Yaffa atau di Laut Merah.
Pihak Amerika Serikat juga belum memberikan komentar resmi mengenai klaim serangan terhadap kapal perusaknya. Namun, laporan dari saluran TV Al Masirah yang dikelola Houthi mengklaim bahwa serangan udara AS telah menghantam distrik Harib di Provinsi Marib, yang dikuasai oleh Houthi.
Serangan-serangan ini semakin memperburuk situasi keamanan di Laut Merah, yang merupakan jalur pelayaran penting bagi perdagangan dunia. Gangguan terhadap lalu lintas pelayaran di wilayah ini dapat berdampak signifikan terhadap ekonomi global, memaksa perusahaan pelayaran untuk mencari rute alternatif yang lebih panjang dan mahal.
Latar Belakang dan Eskalasi Konflik
Konflik di Laut Merah telah meningkat secara signifikan sejak serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap posisi-posisi Houthi pada 15 Maret 2025. Serangan tersebut merupakan tanggapan terhadap serangkaian serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial dan militer di wilayah tersebut.
Houthi telah terlibat dalam konflik dengan pemerintah Yaman yang didukung oleh koalisi pimpinan Saudi sejak tahun 2014. Mereka menguasai sebagian besar wilayah Yaman utara, termasuk ibu kota Sana'a, dan telah melancarkan serangan lintas batas ke Arab Saudi.
Situasi kemanusiaan di Yaman sangat mengerikan akibat konflik yang berkepanjangan. Jutaan orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan negara tersebut menghadapi risiko kelaparan yang meluas.
Implikasi Global
Klaim serangan Houthi terhadap kapal-kapal AS dan Israel di Laut Merah menimbulkan sejumlah implikasi global, termasuk:
- Gangguan terhadap Perdagangan Dunia: Laut Merah adalah jalur pelayaran penting yang menghubungkan Eropa dan Asia. Serangan terhadap kapal-kapal di wilayah ini dapat mengganggu rantai pasokan global dan meningkatkan biaya pengiriman.
- Peningkatan Ketegangan Regional: Konflik di Yaman dan Laut Merah memperburuk ketegangan antara Arab Saudi dan Iran, dua kekuatan regional yang bersaing.
- Krisis Kemanusiaan yang Memburuk: Konflik yang berkepanjangan di Yaman telah menciptakan krisis kemanusiaan yang parah. Serangan-serangan baru dapat memperburuk situasi ini.
Upaya Perdamaian yang Terhenti
Upaya perdamaian untuk mengakhiri konflik di Yaman telah terhenti selama beberapa waktu. Gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB berakhir pada Januari 2025, dan pertempuran telah meningkat sejak saat itu. Dengan tensi yang terus meningkat harapan untuk perdamaian yang berkelanjutan masih jauh dari harapan.
Masyarakat internasional menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk menahan diri dan mencari solusi damai. Penting untuk mengakhiri konflik di Yaman dan memulihkan stabilitas di Laut Merah untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih buruk dan melindungi perdagangan dunia.