Indonesia Pertimbangkan Peningkatan Impor Energi dari AS di Tengah Isu Tarif Dagang

Indonesia Pertimbangkan Peningkatan Impor Energi dari AS di Tengah Isu Tarif Dagang

Jakarta, Indonesia – Pemerintah Indonesia tengah menjajaki potensi peningkatan impor minyak dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat (AS) sebagai respons terhadap dinamika kebijakan perdagangan internasional. Langkah ini dipertimbangkan seiring dengan penerapan tarif timbal balik (reciprocal tariff) oleh AS terhadap negara-negara yang memiliki surplus perdagangan dengan mereka, termasuk Indonesia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa pemerintah sedang melakukan kajian mendalam untuk menentukan volume impor minyak dan LPG tambahan yang paling optimal dari AS. Kajian ini bertujuan untuk memastikan bahwa peningkatan impor tersebut dapat memberikan manfaat maksimal bagi Indonesia tanpa mengganggu stabilitas ekonomi.

"Saat ini, kami sedang menganalisis secara seksama komoditas minyak dan LPG dari AS untuk dievaluasi kelayakannya untuk diimpor," ujar Menteri Bahlil di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (9/4/2025).

Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dan AS, yang saat ini menunjukkan surplus signifikan bagi Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa surplus perdagangan Indonesia terhadap AS mencapai kisaran 14-15 miliar dollar AS. Surplus inilah yang menjadi perhatian utama AS dalam menerapkan kebijakan tarif impor.

Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan Menteri ESDM untuk mengidentifikasi potensi peningkatan impor produk-produk AS, khususnya dari sektor energi. Tujuannya adalah untuk mencari solusi yang saling menguntungkan dalam hubungan perdagangan antara kedua negara.

"Bapak Presiden telah memerintahkan kami untuk mengeksplorasi peluang-peluang pembelian barang dari Amerika Serikat," jelas Bahlil.

Saat ini, sekitar 54% impor LPG Indonesia berasal dari AS. Bahlil meyakini bahwa peningkatan impor minyak dan LPG dari AS sangat memungkinkan, mengingat harga LPG dari AS kompetitif dibandingkan dengan harga dari Timur Tengah, meskipun biaya transportasi dari AS lebih tinggi.

"Secara logika, impor dari AS seharusnya lebih mahal karena faktor transportasi. Namun, faktanya, harga LPG dari Amerika sama dengan dari Timur Tengah. Ini menunjukkan bahwa selalu ada cara untuk melakukan perhitungan bisnis. Yang terpenting adalah produk yang kita terima di negara kita memiliki harga yang kompetitif," pungkas Bahlil.

Beberapa poin penting yang perlu digarisbawahi:

  • Peningkatan impor minyak dan LPG dari AS merupakan respons terhadap kebijakan tarif impor AS.
  • Pemerintah Indonesia sedang melakukan kajian untuk menentukan volume impor yang optimal.
  • Tujuan utama adalah menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dan AS.
  • Harga yang kompetitif menjadi pertimbangan utama dalam keputusan impor.

Berikut adalah daftar potensi komoditas impor energi dari AS:

  • Minyak Mentah
  • LPG (Liquefied Petroleum Gas)
  • Produk Refined Petroleum lainnya (jika memungkinkan secara ekonomis)