Desa Tepian Nunukan Merindukan Cahaya: Listrik Terbatas dan Isolasi Digital Mengimpit Kehidupan Warga

Desa Tepian Nunukan Merindukan Cahaya: Listrik Terbatas dan Isolasi Digital Mengimpit Kehidupan Warga

Di jantung pedalaman Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Desa Tepian berjuang dalam kegelapan dan keterbatasan. Akses listrik yang minim dan ketiadaan jaringan internet telah mengisolasi desa ini dari kemajuan dan peluang yang dinikmati oleh wilayah lain di Indonesia. Warga Desa Tepian mendambakan hadirnya listrik dari PLN, sebuah harapan yang hingga kini masih menjadi angan-angan.

Asa yang Meredup: PLTS yang Tak Lagi Bersinar

Sebelumnya, asa sempat bersemi ketika Kementerian ESDM memberikan bantuan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada tahun 2017. PLTS berkapasitas 75 KWP ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan menjadi tumpuan bagi 142 rumah tangga. Namun, seiring berjalannya waktu, perangkat PLTS mengalami penurunan kinerja. Baterai penyimpanan daya (aki) telah usang, mengakibatkan waktu operasional listrik yang sangat terbatas.

"Sekarang akinya sudah aus. Lampu juga hanya menyala mulai jam 18.00 Wita sampai pukul 22.00 Wita," ungkap Tohar Mustofa, Direktur Bumdes Tepian. Dahulu, warga dapat menikmati listrik selama 10-12 jam sehari, kini hanya 4 jam saja. Keterbatasan ini sangat memengaruhi aktivitas sehari-hari, terutama di malam hari.

Dilema Iuran dan Potensi Konflik

Untuk biaya operasional dan pemeliharaan PLTS, Pemerintah Desa memungut iuran sebesar Rp 50.000 per rumah per bulan. Namun, dengan waktu pemakaian listrik yang semakin singkat, muncul keluhan dan pertanyaan dari warga mengenai keadilan sistem iuran tersebut. Bumdes Tepian memperoleh sekitar Rp 7.100.000 per bulan dari iuran, yang digunakan untuk biaya pemeliharaan dan membayar teknisi. Sisa dana, jika ada, masuk ke kas desa.

Selain itu, masalah lain muncul terkait sambungan listrik antar rumah. Dari total 176 rumah di Desa Tepian, ada beberapa yang belum terlayani langsung oleh PLTS dan terpaksa menyambung listrik dari tetangga. Kondisi ini seringkali memicu konflik, terutama jika ada perbedaan fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing rumah.

"Salah satu contoh yang memicu ribut itu, yang listriknya menyalur ke rumah lain punya TV, sementara rumah yang bersedia menyambungkan listrinya tidak punya. Itu bikin pusing juga," jelas Tohar, menggambarkan rumitnya situasi yang dihadapi warga.

Terpencil di Hulu Sungai: Tantangan Akses dan Infrastruktur

Desa Tepian terletak di hilir Kabupaten Nunukan dan hanya dapat diakses melalui jalur sungai. Perjalanan dari Ibu Kota Kecamatan Sembakung menuju Desa Tepian membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam menggunakan speed boat bermesin 200 PK. Aksesibilitas yang sulit ini menjadi salah satu kendala utama dalam pengembangan desa.

"Dari desa terdekat, Desa Atap, kita butuh uang Rp 150.000 untuk naik speed reguler. Kalau beli BBM sendiri, maka butuh Rp 2 jutaan, pulang pergi. Kalau dari Nunukan Kota, beda lagi, pasti jauh lebih mahal ongkosnya, justru kami lebih dekat ke Tarakan," terang Tohar, menggambarkan mahalnya biaya transportasi.

PLN sebenarnya memiliki potensi untuk menyalurkan listrik dari gardu induk di Desa Atap. Namun, belum ada akses darat sepanjang 50 km yang menghubungkan jaringan listrik ke Desa Tepian. Ketiadaan akses darat menjadi penghalang utama dalam mewujudkan impian warga untuk menikmati listrik dari PLN.

Terisolasi dari Dunia Digital: Internet yang Nihil

Selain masalah listrik, Desa Tepian juga menghadapi masalah serius terkait akses internet. Ketiadaan jaringan internet semakin membatasi aktivitas masyarakat dan menghambat kemajuan desa. Di era digital ini, akses internet sangat penting untuk pendidikan, komunikasi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

"Semoga saja masalah ini jadi perhatian pemerintah. Kami ingin juga merasakan listrik PLN layaknya warga yang lain. Kalau memang belum bisa dari PLN, setidaknya tolong ditambah komunalnya," harap Tohar, menyuarakan kerinduan warga akan perubahan.

Janji dan Harapan: Respon dari PLN Nunukan

Menanggapi kondisi ini, Manager PLN ULP Nunukan, Rendra, mengakui bahwa Desa Tepian belum termasuk dalam road map desa yang masuk dalam rencana kerja PLN. Namun, ia menyatakan bahwa Desa Tepian sudah masuk road map Tahun 2025.

"Kalau sudah masuk road map setidaknya ada progress. Akan kita survey dan kita evaluasi dulu dalam waktu dekat," janji Rendra, memberikan secercah harapan bagi warga Desa Tepian.

Warga Desa Tepian berharap agar survei dan evaluasi yang akan dilakukan oleh PLN dapat segera membuahkan hasil konkret. Mereka mendambakan hadirnya listrik yang stabil dan akses internet yang memadai, sehingga dapat keluar dari isolasi dan meraih masa depan yang lebih baik.