Kontroversi Diskon 'Body Shaming' di Restoran Thailand Picu Amarah Netizen

Kontroversi Diskon 'Body Shaming' di Restoran Thailand Picu Amarah Netizen

Sebuah restoran di Chiang Mai, Thailand, menjadi sorotan tajam setelah menerapkan sistem diskon kontroversial yang dianggap merendahkan bentuk tubuh atau body shaming. Program diskon yang diberi nama 'Skinny Discount' ini menawarkan potongan harga bervariasi, mulai dari 5% hingga 20%, bahkan ada opsi tanpa diskon sama sekali, berdasarkan kemampuan pelanggan melewati serangkaian celah sempit yang dirancang khusus.

Praktiknya, pelanggan yang ingin mendapatkan diskon harus mencoba melewati 'pagar' dengan berbagai ukuran celah. Semakin kecil celah yang berhasil dilewati, semakin besar diskon yang didapatkan. Hal ini memicu reaksi keras dari warganet, terutama setelah video yang diunggah oleh wisatawan asal Inggris, Amina dan Alex, viral di media sosial.

Reaksi Netizen yang Geram

Banyak netizen yang mengecam program diskon tersebut sebagai bentuk diskriminasi dan body shaming. Mereka berpendapat bahwa restoran tersebut telah merendahkan pelanggan dengan mengharuskan mereka 'berjuang' melewati celah sempit demi mendapatkan diskon.

Berikut adalah beberapa komentar pedas dari netizen:

  • "Bagaimana jika aku tidak muat di bagian yang membayar penuh? Ini sangat menyakitkan!"
  • "Di negara lain, hal seperti ini bisa berujung tuntutan hukum. Memaksa orang menyiksa tubuh mereka hanya untuk diskon kecil?"
  • "Aku tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana. Ini adalah diskriminasi murni!"

Kritik juga menyoroti potensi bahaya fisik yang mungkin dialami pelanggan saat mencoba melewati celah sempit tersebut. Risiko cedera, meskipun kecil, dianggap tidak sebanding dengan diskon yang ditawarkan.

Pembelaan dan Popularitas Restoran

Di sisi lain, beberapa pihak berpendapat bahwa program diskon tersebut hanyalah bentuk hiburan semata dan tidak bermaksud untuk merendahkan siapa pun. Mereka mengklaim bahwa restoran tersebut populer karena suasananya yang nyaman dan lokasinya yang berada di tengah kebun yang asri, seperti yang tercermin dari rating tinggi (4,5 dari 5 bintang) di TripAdvisor.

Meski demikian, kontroversi ini menjadi pengingat bahwa dalam dunia pemasaran, batasan etika dan sensitivitas terhadap isu-isu sosial seperti body image harus tetap menjadi prioritas utama. Sebuah promosi yang dianggap lucu dan menghibur oleh sebagian orang, bisa jadi menyinggung dan menyakitkan bagi yang lain.

Dampak Jangka Panjang

Kasus ini membuka diskusi yang lebih luas tentang standar kecantikan, tekanan sosial untuk memiliki tubuh ideal, dan tanggung jawab bisnis dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghormati keberagaman bentuk tubuh.

Restoran Chiang Mai Breakfast World hingga kini belum memberikan pernyataan resmi terkait kontroversi ini. Dampak jangka panjang dari 'Skinny Discount' terhadap reputasi dan keberlangsungan bisnis restoran tersebut masih belum dapat dipastikan. Namun satu hal yang pasti, kasus ini telah menjadi pelajaran berharga bagi para pelaku bisnis untuk lebih berhati-hati dan mempertimbangkan implikasi sosial dari setiap strategi pemasaran yang mereka terapkan.

Kata kunci penting yang terdapat dalam berita ini:

  • Diskon
  • Restoran
  • Thailand
  • Body Shaming
  • Kontroversi
  • Netizen
  • Diskriminasi
  • Chiang Mai
  • TripAdvisor