Kebijakan Impor Energi Indonesia: Bahlil Lahadalia Angkat Bicara Soal LPG dan LNG dari Amerika Serikat

markdown

Kebijakan Impor Energi Indonesia: Bahlil Lahadalia Angkat Bicara Soal LPG dan LNG dari Amerika Serikat

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memberikan pernyataan terkait kebijakan impor energi Indonesia, khususnya terkait dengan potensi peningkatan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat (AS). Pernyataan ini muncul di tengah pembahasan mengenai neraca perdagangan antara Indonesia dan AS, serta potensi dampak kebijakan tarif timbal balik.

Bahlil menjelaskan bahwa peningkatan impor LPG dari AS merupakan salah satu upaya untuk menanggapi kebijakan reciprocal tariff yang diterapkan oleh AS terhadap Indonesia. Kebijakan ini didasari oleh surplus neraca perdagangan yang signifikan yang dimiliki Indonesia terhadap AS, mencapai US$ 14-15 miliar berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Menanggapi kondisi ini, Presiden memberikan arahan untuk mengidentifikasi potensi komoditas yang dapat diimpor dari AS guna menyeimbangkan neraca perdagangan.

"Maka kita diperintahkan oleh Presiden untuk melihat potensi-potensi apa saja yang bisa kita beli barang dari Amerika. Nah ini dalam exercise kita lagi menghitung," kata Bahlil.

Saat ini, sekitar 54% impor LPG Indonesia berasal dari AS. Pemerintah sedang melakukan perhitungan ulang untuk menentukan volume impor LPG tambahan dari AS. Bahlil menekankan bahwa penambahan ini tidak akan menghentikan pasokan impor dari negara lain seperti Singapura, Afrika, dan Amerika Latin. Kemungkinan, volume impor dari negara-negara tersebut akan disesuaikan.

"(Impor) dari negara lain tidak distop juga, volumenya yang mungkin dikurangi," jelasnya.

Bahlil juga menyoroti pentingnya aspek ekonomis dalam perhitungan ulang impor LPG dari AS. Meskipun jarak antara AS dan Indonesia relatif jauh, harga LPG dari AS tetap kompetitif dibandingkan dengan harga dari negara-negara Timur Tengah.

"Termasuk dalamnya adalah keekonomian, contoh LPG belinya dari Amerika logikanya kan harusnya lebih mahal karena transportasinya, tapi buktinya harga LPG dari Amerika sama dengan dari Middle East," paparnya.

Lebih lanjut, Bahlil memberikan klarifikasi terkait potensi impor Liquefied Natural Gas (LNG) dari AS. Ia menyatakan belum mengetahui secara pasti mengenai rencana tersebut dan mengarahkan pertanyaan lebih lanjut kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Bahlil menekankan bahwa fokusnya saat ini adalah pada peningkatan impor LPG, sesuai dengan arahan Presiden untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS.

Bahlil menegaskan bahwa dalam setiap keputusan bisnis, termasuk impor LPG, faktor utama yang dipertimbangkan adalah harga yang kompetitif bagi konsumen di Indonesia.

"Jadi saya pikir semua ada cara untuk kita menghitung, dalam bisnis kan yang penting adalah produk yang diterima di negara kita adalah dengan harga yang kompetitif," pungkasnya.

Rincian Impor LPG Indonesia

  • Sumber Impor Saat Ini:

    • Amerika Serikat: 54%
    • Singapura
    • Afrika
    • Amerika Latin
  • Pertimbangan Utama Penambahan Impor:

    • Kebijakan Reciprocal Tariff AS
    • Surplus Neraca Perdagangan Indonesia-AS
    • Harga yang Kompetitif
  • Dampak Penambahan Impor:

    • Potensi pengurangan volume impor dari negara lain
    • Tidak menghentikan impor dari negara lain