Terungkap: Skandal Nuklir Israel, Pencurian Teknologi dari AS dan Pembiaran oleh Amerika

Skandal Nuklir Israel: Pencurian Teknologi AS dan Pembiaran Amerika

Sebuah serial televisi Israel berjudul 'The Atom and Me' telah mengungkap praktik kontroversial Israel dalam mengembangkan senjata nuklir, termasuk pencurian bahan dan teknologi nuklir dari Amerika Serikat (AS). Pengungkapan ini memicu kecaman dari para ilmuwan dan menyoroti standar ganda dalam kebijakan non-proliferasi nuklir global.

Pencurian dan Pelanggaran yang Terungkap

Serial ini mengklaim bahwa Israel, dalam upayanya untuk mendapatkan senjata nuklir, tidak ragu untuk:

  • Mencuri uranium 235 dari fasilitas NUMEC di Pennsylvania, AS, pada tahun 1960-an.
  • Membeli secara ilegal ratusan sakelar kecepatan tinggi (krytron) untuk memicu senjata nuklir dan menyelundupkannya keluar dari AS pada tahun 1980-an.
  • Melakukan uji coba nuklir pada tahun 1979 di lepas pantai Afrika Selatan, yang melanggar Perjanjian Larangan Uji Coba Terbatas 1963.

Pengungkapan ini didasarkan pada wawancara dengan Benjamin Blumberg, mantan kepala Lakam, badan intelijen ilmiah Israel yang bertanggung jawab atas program nuklir. Blumberg, yang berbicara sebelum kematiannya pada tahun 2018, mengungkapkan bahwa beberapa misi nuklir ini sangat rahasia sehingga bahkan Mossad, badan intelijen asing Israel, tidak mengetahuinya.

Pembiaran AS dan Dampaknya

Yang lebih mengejutkan adalah sikap diam AS terhadap program nuklir Israel. Sejak era John F. Kennedy, tidak ada presiden AS yang secara serius mencoba mengendalikan ambisi nuklir Israel. Lyndon B. Johnson bahkan menutup-nutupi upaya Israel untuk menenggelamkan kapal mata-mata AS Liberty selama Perang Enam Hari 1967.

Tidak ada seorang pun yang pernah diadili atas hilangnya material nuklir dari NUMEC, dan Arnon Milchan, produser Hollywood yang terlibat dalam penyelundupan krytron, tidak pernah dituntut. Lebih lanjut, AS tidak mengambil tindakan apa pun terhadap Israel atas uji coba nuklir ilegal tahun 1979.

Victor Gilinsky, mantan komisaris di Atomic Energy Commission (AEC), menyatakan bahwa "Keterikatan AS terhadap senjata nuklir Israel tidak luput dari perhatian internasional, dan kemunafikan yang nyata telah merusak kebijakan nonproliferasi AS."

Kebijakan AS yang tidak mengakui program nuklir Israel ditegakkan melalui buletin rahasia federal yang mengancam tindakan disipliner bagi pejabat AS yang secara terbuka mengakui keberadaan senjata nuklir Israel.

Israel Memamerkan Kekuatan Nuklirnya

Ironisnya, Israel secara terbuka membanggakan kemampuan nuklirnya. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada tahun 2016 menyatakan bahwa armada kapal selam Israel berfungsi sebagai pencegah bagi musuh-musuh Israel, yang mengisyaratkan kemampuan kapal selam tersebut untuk meluncurkan senjata nuklir.

Pelanggaran Hukum Internasional

Israel tidak menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) 1970, tetapi menandatangani dan meratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Terbatas 1963. Uji coba nuklir Israel pada tahun 1979 jelas melanggar perjanjian ini dan memicu ketentuan nonproliferasi hukum AS, Amandemen Glenn 1977, yang seharusnya memberlakukan sanksi berat. Namun, sanksi tersebut tidak pernah diterapkan.

Presiden Jimmy Carter memilih untuk merahasiakan laporan Angkatan Laut tentang gelombang suara laut dari ledakan yang mendukung data satelit. Dalam buku hariannya, Carter menulis bahwa ada "keyakinan yang berkembang di antara para ilmuwan kami bahwa Israel memang melakukan uji coba ledakan nuklir di lautan dekat ujung selatan Afrika."

Leonard Weiss, mantan ajudan Senator Glenn, mengatakan bahwa "Amandemen Glenn memungkinkan presiden untuk menunda sanksi atas dasar keamanan nasional atau mencabutnya sepenuhnya dengan bantuan tindakan kongres. Undang-undang tersebut tidak mengizinkan presiden untuk mengabaikannya. Namun, itulah yang telah dilakukan oleh mereka semua."

Konsekuensi Jangka Panjang

Kebungkaman pemerintah AS atas senjata nuklir Israel telah menyebabkan kebungkaman tentang senjata tersebut dalam diskusi tentang program nuklir Iran. Ini menghambat debat publik dan kemampuan untuk menilai secara jujur sifat dan tujuan senjata nuklir Israel. Keberadaan senjata-senjata ini mungkin saja dimulai sebagai tindakan pencegahan, tetapi kini telah berubah menjadi instrumen Israel yang agresif dan ekspansionis.

Laporan New Yorker tahun 2018 mengungkapkan bahwa presiden AS telah menandatangani surat rahasia kepada Israel dengan janji tidak akan melakukan apa pun untuk mengganggu senjata nuklir Israel atau mengakui keberadaan mereka.

Kebungkaman pemerintah AS juga membentuk pers untuk menghindari isu tersebut. Terakhir kali seorang koresponden Gedung Putih bertanya tentang senjata nuklir Israel, meskipun secara tidak langsung, adalah ketika Helen Thomas bertanya kepada Presiden Obama pada 2009 apakah ia mengetahui adanya senjata nuklir di Timur Tengah. Ia mendapat jawaban dingin, Obama mengatakan ia tidak akan berspekulasi.

Keteguhan pendirian Israel, bahwa apa yang mereka anggap terbaik bagi Israel mengalahkan semua pertimbangan lain, terlihat di akhir episode serial 'The Atom and Me'.

Percakapan dengan Benjamin Blumberg beralih ke hubungan Israel yang lebih dari sekadar bersahabat dengan Afrika Selatan pada era apartheid, tempat Israel memperoleh uranium untuk bahan bakar reaktor Dimona dan kemudian izin untuk melakukan uji coba nuklir pada 1979, dan tempat Israel menyediakan tritium untuk meningkatkan senjata nuklir Afrika Selatan.

Dia ditanya, bukankah Afrika Selatan merupakan rezim rasis yang menindas? "Semua benar. Tetapi saya tidak peduli. Saya menginginkan yang terbaik bagi Israel," ujarnya.