Tarif Balasan AS Tidak Mengkhawatirkan Industri Otomotif Indonesia
Industri Otomotif Indonesia Kebal Terhadap Tarif Balasan AS
Jakarta – Kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) kepada 185 negara, termasuk Indonesia dengan besaran 32%, ternyata tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap industri otomotif nasional. Penegasan ini disampaikan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), yang menyatakan bahwa struktur perdagangan otomotif Indonesia saat ini membuatnya relatif aman dari kebijakan tersebut.
Sekretaris Jenderal Gaikindo, Kukuh Kumara, menjelaskan bahwa industri otomotif Indonesia tidak melakukan impor Completely Built Up (CBU) atau mobil utuh dari Amerika Serikat. "Anggota kami tidak ada yang melakukan impor CBU dari AS. Kalaupun ada impor, itu bukan dari anggota Gaikindo," ujarnya. Lebih lanjut, Kukuh menambahkan bahwa Indonesia juga tidak lagi melakukan ekspor kendaraan bermotor ke AS. Fokus ekspor saat ini adalah ke 93 negara lain di berbagai belahan dunia.
Fokus Ekspor ke Meksiko dan Minimnya Ketergantungan Bahan Baku dari AS
Wilayah Amerika Utara tetap menjadi tujuan ekspor, namun fokusnya adalah Meksiko, bukan Amerika Serikat. Selain itu, industri otomotif Indonesia juga tidak bergantung pada Amerika Serikat sebagai sumber bahan baku utama. Kondisi ini semakin memperkuat posisi industri otomotif nasional dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal AS.
Impor CBU Kini Didominasi China
Kukuh juga menyinggung pergeseran tren impor CBU di Indonesia. Saat ini, China menjadi pemain utama dalam impor mobil utuh ke Indonesia. Bahkan, beberapa perusahaan otomotif asal China tengah dalam proses membangun pabrik di Indonesia, yang menunjukkan komitmen mereka untuk berinvestasi dan memproduksi kendaraan secara lokal.
Dominasi Merek Jepang dan Tingginya Kandungan Lokal
Meskipun impor dari China meningkat, pasar otomotif Indonesia masih didominasi oleh merek-merek asal Jepang. Sekitar 88% mobil yang beredar di Indonesia adalah merek Jepang. Namun, yang perlu ditekankan adalah tingginya kandungan lokal pada mobil-mobil tersebut. Sebagian besar komponen yang digunakan dalam produksi mobil-mobil merek Jepang tersebut diproduksi di Indonesia.
Penutup
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebijakan tarif resiprokal AS tidak memiliki dampak langsung terhadap industri otomotif Indonesia. Hal ini disebabkan oleh struktur perdagangan yang tidak bergantung pada AS, baik sebagai negara pengimpor CBU maupun sebagai sumber bahan baku. Fokus ekspor ke negara lain, khususnya Meksiko, serta tingginya kandungan lokal pada mobil-mobil yang diproduksi di Indonesia, menjadi faktor-faktor yang membuat industri otomotif nasional relatif aman dari kebijakan tersebut.
- Tidak ada impor CBU dari Amerika Serikat.
- Tidak ada ekspor ke Amerika Serikat.
- Fokus ekspor ke Meksiko.
- Minimnya ketergantungan bahan baku dari Amerika Serikat.
- Impor CBU didominasi oleh China.
- Dominasi merek Jepang dengan kandungan lokal tinggi.