Samsung Lampaui Ekspektasi Pasar Berkat Penjualan Galaxy S25 yang Moncer

Samsung Catat Kinerja Kuartal I 2025 yang Gemilang, Lampaui Prediksi Analis

Samsung Electronics, raksasa teknologi asal Korea Selatan, baru-baru ini mengumumkan hasil kinerja keuangan mereka untuk kuartal pertama tahun 2025, yang menunjukkan performa yang melampaui ekspektasi pasar. Laporan yang dirilis pada hari Senin, 8 April 2025, mengungkapkan total penjualan sebesar 79 triliun won atau setara dengan Rp 903 triliun (dengan asumsi kurs Rp 11,43 per won). Laba operasional perusahaan tercatat sebesar 6,6 triliun won, atau sekitar Rp 75 triliun.

Angka-angka ini menandai peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan proyeksi yang sebelumnya diperkirakan oleh para analis. Sebelum pengumuman resmi, berbagai perusahaan sekuritas memprediksi Samsung akan membukukan penjualan sebesar 77,1 triliun won (sekitar Rp 881 triliun) dan laba operasional sebesar 4,96 triliun won (sekitar Rp 56,6 triliun). Data proyeksi ini dikumpulkan oleh FnGuide, sebuah lembaga pemantau pasar yang mengumpulkan konsensus prediksi dari berbagai perusahaan sekuritas di Korea Selatan. Dengan demikian, kinerja aktual Samsung telah melampaui ekspektasi analis, menunjukkan kekuatan dan daya tahan bisnis perusahaan.

Galaxy S25 Series Jadi Motor Penggerak Utama

Salah satu faktor utama yang mendorong keberhasilan Samsung di kuartal pertama 2025 adalah penjualan yang luar biasa dari Galaxy S25 Series. Perangkat unggulan ini, yang dilengkapi dengan berbagai fitur kecerdasan buatan (AI) yang tergabung dalam platform Galaxy AI, telah menarik perhatian konsumen dan mendorong peningkatan penjualan secara signifikan.

Menurut laporan dari The Chosun Daily, permintaan untuk Galaxy S25 sangat tinggi sejak peluncurannya. Bahkan, penjualannya dilaporkan melampaui pendahulunya. Sumber industri teknologi yang dikutip oleh The Chosun Daily menyatakan, "Meskipun ada kekhawatiran tentang biaya produksi yang lebih tinggi akibat penggunaan chip Qualcomm di semua model, penjualannya jauh lebih tinggi dibandingkan versi sebelumnya."

Analis percaya bahwa kesuksesan Galaxy S25 telah mengangkat laba Samsung secara signifikan. Awalnya, pasar memperkirakan laba hanya sekitar 3 triliun won (sekitar Rp 34,29 triliun). Namun, permintaan yang kuat untuk ponsel ini telah mendorong angka tersebut melonjak ke kisaran 4 triliun won (sekitar Rp 45,72 triliun). Hal ini menunjukkan dampak positif dari inovasi dan fitur-fitur canggih yang ditawarkan oleh Galaxy S25.

Tantangan di Divisi Semikonduktor dan Harapan Pemulihan

Kendati bisnis ponsel menunjukkan kinerja yang positif, divisi semikonduktor Samsung masih menghadapi tantangan. Pendapatan dan laba dari bisnis chip ini dilaporkan menurun dibandingkan kuartal IV tahun 2024. Hal ini terjadi meskipun permintaan untuk chip memori jenis Dynamic Random Access Memory (DRAM) untuk server tetap tinggi, didorong oleh meningkatnya tren kecerdasan buatan (AI).

Selain itu, program stimulus konsumen dari pemerintah China juga telah mendorong peningkatan permintaan chip DRAM dan NAND untuk perangkat seluler dan komputer pribadi. Namun, lini bisnis chip non-memori, seperti foundry (jasa manufaktur chip untuk pihak ketiga), masih mencatat kerugian akibat lemahnya permintaan dari pelanggan dan rendahnya tingkat pemanfaatan pabrik produksi.

Pasar sebelumnya memperkirakan bahwa kinerja divisi semikonduktor Samsung akan mencapai titik terendahnya pada kuartal pertama 2025, dan kemudian mulai pulih pada kuartal kedua. Kebangkitan ini diharapkan akan didorong oleh meningkatnya permintaan chip untuk kecerdasan buatan (AI), seperti high-bandwidth memory (HBM). Dalam Rapat Umum Pemegang Saham bulan lalu, Kepala Divisi Chip Samsung, Jun Young-hyun, mengatakan bahwa perusahaan siap memproduksi chip memori berkecepatan tinggi HBM3E 12 lapis mulai kuartal II-2025.

HBM3E adalah chip memori generasi terbaru yang dirancang untuk kebutuhan AI dan prosesor grafis performa tinggi. Produk ini diperkirakan akan menjadi pendorong utama pemulihan bisnis semikonduktor Samsung dalam waktu dekat.

Faktor Eksternal dan Ketidakpastian Pasar

Prospek kinerja Samsung di masa depan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan ketidakpastian pasar. Pemerintah Amerika Serikat, di bawah kebijakan Presiden Donald Trump, telah mengumumkan tarif impor baru untuk sejumlah produk, termasuk semikonduktor. Langkah ini dapat berdampak langsung pada Samsung, mengingat sekitar separuh produksinya dilakukan di Vietnam, negara yang kini dikenai tarif balasan sebesar 46 persen oleh AS.

Untuk mengantisipasi risiko tambahan, Samsung juga mempertimbangkan untuk memindahkan produksi alat rumah tangga dari Meksiko ke AS. Selain itu, tarif tambahan untuk chip juga dikabarkan sedang dipertimbangkan. Hal ini membuat perkiraan pasar terhadap kinerja Samsung ke depan menjadi lebih tidak pasti. Perusahaan perlu terus memantau perkembangan situasi global dan beradaptasi dengan perubahan kebijakan perdagangan untuk menjaga daya saing dan profitabilitasnya.

Secara keseluruhan, kuartal pertama 2025 merupakan periode yang sukses bagi Samsung, dengan kinerja yang melampaui ekspektasi pasar berkat penjualan Galaxy S25 yang kuat. Meskipun divisi semikonduktor masih menghadapi tantangan, perusahaan memiliki harapan untuk pemulihan di kuartal-kuartal mendatang. Faktor eksternal dan ketidakpastian pasar tetap menjadi perhatian, dan Samsung perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi potensi risiko dan mempertahankan momentum pertumbuhannya.