Produksi iPhone di Amerika Serikat: Antara Mimpi dan Realita Ekonomi

Impian iPhone 'Made in USA': Mungkinkah Terwujud?

Dorongan untuk memindahkan produksi iPhone ke Amerika Serikat kembali mencuat, terutama dengan wacana penerapan tarif impor yang lebih tinggi. Namun, para ahli industri meragukan realisasi mimpi ini dalam waktu dekat. Meskipun Gedung Putih menyatakan keyakinannya akan potensi penciptaan lapangan kerja di sektor manufaktur dan teknologi canggih di AS, tantangan yang dihadapi Apple untuk mewujudkan iPhone "Made in USA" sangatlah besar.

Hambatan Kompleks dalam Rantai Pasokan

Salah satu kendala utama adalah ketergantungan Apple pada rantai pasokan global yang kompleks. Hampir seluruh komponen iPhone, mulai dari chip A18 yang diproduksi oleh TSMC di Taiwan hingga sensor kamera IMC903 buatan Jepang, saat ini dibuat di luar Amerika Serikat. Memindahkan seluruh ekosistem ini ke AS akan menjadi tugas yang sangat rumit dan memakan waktu.

Dan Ives, analis dari Wedbush Securities, memperkirakan bahwa harga iPhone terbaru bisa melonjak hingga USD 3.500 jika diproduksi di AS, dibandingkan dengan harga saat ini sekitar USD 1.000. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi yang jauh lebih tinggi di Amerika Serikat.

Dipanjan Chatterjee, analis dari Forrester Research, menekankan bahwa perubahan signifikan dalam manufaktur dan rantai pasokan membutuhkan investasi besar dan perencanaan matang. "Anda tidak ingin melakukannya kecuali sudah benar-benar tepat," ujarnya, mengisyaratkan bahwa langkah terburu-buru dapat merugikan Apple.

Prospek Jangka Panjang dan Peran Robotika

Gil Luria, analis di D.A Davidson, memiliki pandangan yang lebih optimistis. Ia meyakini bahwa Apple pada akhirnya dapat memindahkan sebagian manufakturnya ke AS dalam kurun waktu 5 hingga 10 tahun. Namun, ia menekankan perlunya peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal dan adopsi teknologi robotika yang lebih canggih.

"Dalam 5 sampai 10 tahun, sangat mungkin Apple bisa membuat beberapa produknya di AS dan hanya ada sedikit kenaikan harga," kata dia.

Luria menyoroti keunggulan China dalam hal keterampilan tenaga kerja. Jika AS dapat mengembangkan keterampilan spesifik yang dibutuhkan dalam pembuatan iPhone atau mengandalkan robotika di pabrik, maka AS berpotensi meniru kapabilitas yang ada di China atau Taiwan. "Kemajuan robotika akan signifikan dalam beberapa tahun lagi," ujarnya menambahkan.

Fantasi atau Realita yang Tertunda?

Beberapa pihak bahkan menganggap ide iPhone "Made in America" sebagai fantasi belaka. 404media berpendapat bahwa tidak mungkin bagi Apple untuk memulai produksi iPhone di AS dalam semalam. Meskipun perakitan iPhone di AS secara teoritis mungkin, prosesnya akan memakan waktu bertahun-tahun.

Kesimpulannya, meskipun tekanan politik dan janji investasi Apple di AS dapat memicu perubahan di masa depan, realisasi iPhone "Made in USA" masih menghadapi tantangan besar. Biaya produksi yang tinggi, ketergantungan pada rantai pasokan global, dan kebutuhan akan tenaga kerja terampil menjadi faktor-faktor yang perlu diatasi sebelum mimpi ini dapat terwujud.

Berikut Poin-poin penting yang perlu dipertimbangkan:

  • Biaya Produksi: Biaya produksi di AS jauh lebih tinggi dibandingkan di Asia.
  • Rantai Pasokan: Ketergantungan pada komponen yang diproduksi di luar AS.
  • Keterampilan Tenaga Kerja: Kesenjangan keterampilan antara tenaga kerja AS dan Asia.
  • Teknologi Robotika: Peran robotika dalam mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi.
  • Waktu: Proses pemindahan produksi akan memakan waktu bertahun-tahun.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, masa depan iPhone "Made in USA" masih belum pasti. Dibutuhkan strategi yang matang dan investasi yang signifikan untuk mengatasi tantangan yang ada dan mewujudkan impian ini.