Strategi Bertahan Para Pejuang KPR di Tengah Ketidakpastian Ekonomi 2025: Kisah Inspiratif dan Tips Jitu
Dilema Pejuang KPR di Tengah Bayang-Bayang Ketidakpastian Ekonomi 2025
Tahun 2025 menghadirkan tantangan tersendiri bagi para pemilik Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi sejak tahun sebelumnya, nilai tukar rupiah yang fluktuatif mendekati angka Rp 17.000 per dollar AS, serta ancaman inflasi, menjadi momok menakutkan bagi stabilitas finansial. Kecemasan ini semakin diperparah dengan adanya tensi geopolitik global yang belum mereda dan perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat.
Kondisi ini memaksa masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan. Bahkan, Kementerian Perhubungan memprediksi penurunan jumlah pemudik Lebaran 2025 sebesar 24% sebagai indikasi pelemahan daya beli masyarakat. Lalu, bagaimana para pejuang KPR menyikapi situasi sulit ini? Apakah ada cara jitu untuk tetap bertahan dan melunasi impian memiliki rumah?
Kisah Inspiratif: Pengorbanan untuk Sebuah Kepastian
Estu (35), seorang perantau asal Yogyakarta, memilih jalan yang tidak biasa. Demi melunasi sisa cicilan KPR-nya yang tinggal beberapa tahun lagi, ia rela menjual 100 gram emas yang telah dikumpulkannya sejak 2018. Baginya, kepastian bebas dari utang jauh lebih berharga daripada mempertahankan aset emas yang nilainya bisa saja tergerus inflasi.
"Kita tidak tahu 2025 ini bagaimana, PHK marak, saya jaga-jaga aja kalau kenapa-kenapa setidaknya saya sudah tak punya utang. Apalagi saya ini perantauan dan (generasi) sandwich," ujar Estu, yang bekerja di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta.
Estu juga memberikan tips bagi mereka yang ingin menjual emas, sebaiknya dilakukan di Pegadaian karena selisih harga jual dan buyback tidak terlalu besar dibandingkan di Antam.
Strategi Bertahan: Tips dari Perencana Keuangan
Ode Kustriani Atmaja, CFP QWP, seorang perencana keuangan dari PINA, memberikan beberapa strategi yang bisa dilakukan para pejuang KPR untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi:
- Hitung Ulang Kemampuan Bayar KPR:
- Simulasikan cicilan jika bunga naik 1–3 persen.
- Pastikan total cicilan tetap <30% penghasilan.
- Jika memberatkan, pertimbangkan refinancing ke bunga tetap (fixed rate) atau pengajuan restrukturisasi kredit.
- Atur Ulang Anggaran Bulanan: Perketat Pos Pengeluaran
- Fokuskan anggaran pada kebutuhan pokok, Cicilan KPR, Dana darurat dan asuransi.
- Kurangi sementara gaya hidup konsumtif seperti nongkrong, belanja impulsif dan Langganan digital yang tidak penting.
- Cari Tambahan Penghasilan dan Bangun Dana Darurat
- Coba kerja sampingan atau freelance, jual barang bekas atau mulai usaha kecil dari rumah.
- Siapkan Dana Darurat dengan target 6x penghasilan bulanan untuk single, 9x penghasilan bulanan untuk menikah dan 12x penghasilan bulanan untuk menikah dan punya anak.
- Perkuat Proteksi: Jangan Sampai Sakit Ganggu Cicilan
- Punya asuransi jiwa yang cukup untuk melunasi sisa KPR kalau terjadi risiko.
- Memiliki asuransi kesehatan agar biaya rumah sakit tidak mengganggu cash flow
- Tunda Renovasi Rumah
- Tunda sampai harga lebih stabil.
- Gunakan bahan lokal atau alternatif murah.
- Buat rencana renovasi bertahap dengan anggaran ketat.
- Hindari Utang Baru
- Hindari pinjol, kartu kredit, atau cicilan konsumtif. Fokus pada stabilitas keuangan, bukan menaikkan gaya hidup.
- Evaluasi Tujuan Keuangan
- Review kembali tujuan keuangan: rumah, pendidikan anak, pensiun.
- Review kembali nominal dan target waktu sesuai kondisi baru.
Ode menekankan pentingnya perencanaan keuangan yang matang, pengendalian pengeluaran, dan perlindungan finansial yang tepat. Ia juga mengingatkan untuk tidak mengambil keputusan impulsif seperti menjual rumah atau menarik investasi tanpa perhitungan yang cermat.
Pandangan Berbeda: Optimisme di Tengah Tantangan
Berbeda dengan Estu, Sakina (34) memilih untuk tidak menjual aset emasnya. Ia tetap optimis dan percaya bahwa harga emas akan kembali naik. Sakina memiliki tabungan yang cukup untuk menutupi cicilan KPR-nya jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, David (34) merasa kebingungan karena tenor KPR-nya yang panjang, mencapai 20 tahun. Ia mempertimbangkan untuk pindah ke bank syariah agar cicilannya tetap flat.
Kisah Estu, Sakina, dan David adalah representasi dari berbagai strategi yang dilakukan para pejuang KPR dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Tidak ada solusi tunggal yang cocok untuk semua orang. Yang terpenting adalah memiliki perencanaan keuangan yang matang, disiplin dalam mengelola anggaran, dan tetap optimis dalam menghadapi tantangan.
Kesimpulan
Ketidakpastian ekonomi 2025 memang menjadi tantangan bagi para pejuang KPR. Namun, dengan perencanaan keuangan yang adaptif, pengendalian pengeluaran, dan strategi perlindungan finansial yang tepat, impian memiliki rumah tetap bisa diraih. Tetap semangat dan selamat berjuang!