Diskon Listrik dan Faktor Musiman Pengaruhi Deflasi di Kawasan Penyangga IKN
Diskon Listrik dan Faktor Musiman Pengaruhi Deflasi di Kawasan Penyangga IKN
Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), dua kawasan penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), mencatatkan deflasi pada Februari 2025. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan IHK Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,10 persen (mtm), sementara PPU menunjukan deflasi yang lebih signifikan, yaitu 0,45 persen (mtm). Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah yang memberikan diskon tarif listrik 50 persen untuk pelanggan dengan daya hingga 2.200 VA menjadi faktor utama pendorong deflasi ini. Kebijakan ini terbukti efektif menekan biaya hidup masyarakat di kedua wilayah tersebut.
Selain diskon listrik, penurunan harga sejumlah komoditas turut berkontribusi pada deflasi. Penurunan harga daging ayam ras, tomat, dan beberapa jenis ikan disebabkan oleh peningkatan pasokan dan produksi yang didukung oleh kondisi cuaca yang menguntungkan. Hal ini menunjukkan dampak positif dari kondisi alam yang kondusif terhadap ketersediaan bahan pangan. Namun, perlu diingat bahwa kondisi ini bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu.
Meskipun demikian, beberapa komoditas lain justru mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga tiket transportasi udara di Balikpapan, misalnya, didorong oleh peningkatan permintaan menjelang libur sekolah dan bulan Ramadhan. Sementara itu, kenaikan harga minyak goreng, beras, dan cabai rawit disebabkan oleh faktor-faktor seperti kenaikan harga dari distributor dan penurunan pasokan akibat curah hujan tinggi. Komoditas emas perhiasan juga turut menyumbang inflasi di Balikpapan, sementara di PPU, peningkatan permintaan beberapa komoditas pangan seperti semangka, ikan layang, ikan tongkol, dan kangkung menjelang Ramadhan menjadi faktor pendorong inflasi.
Tantangan Menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri
Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, peningkatan permintaan komoditas pangan diperkirakan akan terjadi, berpotensi memicu inflasi. Curah hujan yang tinggi juga menjadi ancaman yang perlu diwaspadai karena berisiko mengganggu pasokan pangan, khususnya cabai. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kantor Perwakilan BI Balikpapan dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas harga.
Beberapa strategi yang akan diterapkan antara lain:
- Pelaksanaan high level meeting TPID untuk koordinasi dan pengambilan keputusan.
- Penguatan kerja sama antar daerah (KAD) untuk memastikan kelancaran distribusi barang.
- Peningkatan efektivitas toko penyeimbang untuk menstabilkan harga pasar.
- Pelaksanaan gelar pangan murah dan operasi pasar untuk menyediakan komoditas dengan harga terjangkau.
- Gerakan pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura guna meningkatkan produksi pangan lokal.
- Implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga inflasi daerah tetap berada dalam rentang sasaran inflasi nasional tahun 2025.
Kesimpulannya, deflasi di Balikpapan dan PPU pada Februari 2025 dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya diskon tarif listrik, dan faktor musiman. Namun, potensi peningkatan permintaan dan risiko gangguan pasokan akibat cuaca tetap menjadi tantangan yang perlu diantisipasi melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah.