Gelombang PHK dan Ancaman Kemiskinan: Tantangan Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global
Gelombang PHK dan Ancaman Kemiskinan: Tantangan Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global
Indonesia saat ini menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks dengan meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor industri dan ancaman kemiskinan yang semakin sulit diatasi. Penutupan pabrik alat musik PT Yamaha Music Product Asia di Jakarta dan Bekasi pada akhir Maret 2025, serta PHK yang terjadi di pabrik sepatu merek Nike, menjadi sinyal peringatan bagi perekonomian nasional. Sebelumnya, gelombang PHK juga melanda Sritex Group pada 26 Februari 2025, dengan total ribuan pekerja kehilangan pekerjaan di berbagai unit perusahaan.
PHK Massal dan Dampaknya
Berikut adalah rincian PHK yang terjadi di Sritex Group:
- PT Sritex (Sukoharjo): 8.504 orang
- PT Primayuda Mandirijaya (Boyolali): 956 orang
- PT Sinar Pantja Djaja (Semarang): 40 orang
- PT Bitratex Industries (Semarang): 104 orang
Meskipun Menteri Ketenagakerjaan menyatakan bahwa para pekerja Sritex yang terkena PHK memiliki potensi untuk dipekerjakan kembali, PHK tetap menjadi momok menakutkan bagi para pekerja. Kehilangan pekerjaan dapat menghancurkan kehidupan keluarga, terutama bagi mereka yang menjadi tulang punggung ekonomi. Momen PHK yang terjadi menjelang Lebaran semakin menambah beban psikologis dan ekonomi bagi para pekerja yang terdampak.
Kemiskinan yang Semakin Mengkhawatirkan
Persoalan kemiskinan di Indonesia bukan hanya sekadar angka, tetapi juga tentang upaya pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa garis kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp 582.932 per kapita per bulan, dengan total penduduk miskin mencapai 25,2 juta orang. Jika menggunakan standar Bank Dunia, jumlah orang miskin di Indonesia akan lebih besar.
Kemiskinan memiliki dimensi yang luas, mencakup ketidakberdayaan dalam mengakses pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, dan perumahan yang layak. Keluhan orang miskin seringkali berkaitan dengan kondisi rumah yang tidak layak huni, sanitasi yang buruk, kurangnya asupan gizi, pakaian yang seadanya, rendahnya daya beli, dan ketidakmampuan untuk menyekolahkan anak.
Pengangguran dan Pendidikan
Tanpa pertumbuhan industri yang signifikan, angka pengangguran akan tetap tinggi dan memperburuk kondisi kemiskinan. BPS mencatat bahwa ada 7.465.599 pengangguran di Indonesia pada Agustus 2024. Ironisnya, 11,28% atau 842.378 orang di antaranya adalah lulusan perguruan tinggi (D4, S1, S2, dan S3). Persentase 'sarjana pengangguran' ini meningkat dua kali lipat dalam satu dekade terakhir.
Kelangkaan lapangan kerja dan PHK akan menjebak masyarakat dalam kemiskinan. Oleh karena itu, penyediaan lapangan kerja dan investasi menjadi kunci utama untuk mengatasi kemiskinan. Pendidikan juga berperan penting sebagai sarana untuk keluar dari kemiskinan. Pendidikan yang memadai akan menjamin generasi mendatang memiliki kesempatan yang lebih baik daripada orang tua mereka.
Kemiskinan Global dan Strategi Pengentasan
Kemiskinan bukan hanya masalah Indonesia, tetapi juga masalah global. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa pada 2016, 10,7% populasi global hidup dalam kemiskinan ekstrem, dengan pengeluaran kurang dari US$ 1,90 per hari. Sebagian besar orang miskin berada di wilayah Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan.
Strategi pengentasan kemiskinan yang efektif harus mengacu pada tiga hal:
- Promoting opportunity: Memberikan kesempatan kepada orang miskin untuk mengakses pekerjaan, transportasi, listrik, pasar, sekolah, air bersih, sanitasi, dan kesehatan.
- Facilitating empowerment: Mewujudkan harmoni antara proses politik, ekonomi, dan kelembagaan agar responsif terhadap kebutuhan orang miskin. Pemberdayaan perempuan juga penting karena mereka adalah pilar ekonomi kedua dalam keluarga.
- Enhancing security: Mengurangi kerawanan akibat ketidakstabilan ekonomi, bencana alam, penyakit, dan kekerasan.
Turbulensi ekonomi global akan berdampak besar bagi masyarakat miskin. Tanpa strategi ekonomi yang tepat, mereka akan semakin menderita. Oleh karena itu, pemerintah harus menjamin akses terhadap layanan dasar dan hak-hak mereka.
Harapan untuk Masa Depan
Masyarakat di seluruh dunia takut akan kemiskinan. Kemiskinan adalah sesuatu yang dibenci, tetapi sulit dihilangkan. Kita semua berharap kemiskinan di Indonesia dapat segera diatasi dengan program-program yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat mengatasi tantangan ekonomi ini dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi seluruh warganya.
Ali Khomsan, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB