Indonesia Dorong Diplomasi Kehutanan Berbasis Kearifan Lokal untuk Capai Nol Deforestasi
Diplomasi Kehutanan Indonesia: Menggali Kearifan Lokal untuk Masa Depan Hutan
Indonesia memiliki potensi besar dalam merevitalisasi ekosistem hutan, yang berakar pada sistem perladangan berputar yang diwariskan oleh nenek moyang. Sistem ini, yang dimulai dengan pembukaan lahan melalui metode tebas dan bakar, pada akhirnya menghasilkan konfigurasi agroforestri yang menyerupai hutan alami. Pendekatan ini bukan sekadar praktik pertanian, tetapi juga representasi dari pemahaman mendalam tentang ekologi dan keberlanjutan.
Perladangan Berputar: Lebih dari Sekadar Pertanian
Sistem perladangan berputar, dengan jejak agroforestri yang kuat, mencerminkan tradisi keilmuan yang tinggi. Lintasan ekologi yang terjadi tidak hanya mengikuti suksesi alami, tetapi juga selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal. Peningkatan iklim mikro yang disertai dengan perlindungan tanah menjadi bukti efektivitas sistem ini. Strategi "safe site", di mana lahan disiapkan secara cermat sebelum penanaman bibit unggul, menjadi pilar utama dalam menciptakan agroforestri bernilai tinggi.
Keunggulan lain dari agroforestri adalah kemampuannya untuk memfasilitasi pemulihan ekosistem. Kehadiran tanaman non-edible yang bermanfaat bagi ekologi, serta pembiaran tumbuhan liar tumbuh sebagai bagian integral dari sistem, menunjukkan pendekatan holistik terhadap pengelolaan hutan. Agroforestri berfungsi sebagai "supermarket alami", menyediakan sumber pangan yang mirip dengan yang dipanen dari hutan alami.
Mengakhiri Dominasi Scientific Forestry
Model Scientific Forestry masuk pada era kolonial dengan gelombang monokulturisasi. Peluso (1992) menjelaskan bahwa Scientific Forestry merupakan struktur dan ideologi pengelolaan hutan "ilmiah" yang berasas kuat pada kayu.
Restorasi hutan melalui agroforestri menjamin pemuliaan ekosistem hutan. Indonesia memiliki potensi untuk menjadi rujukan global dalam pengelolaan hutan nol deforestasi dengan menghidupkan kembali kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur. Sudah waktunya untuk menantang narasi deforestasi dengan diplomasi yang berlandaskan pada nilai-nilai Nusantara.
Membangun Narasi Baru di Panggung Dunia
Pengesahan Undang-Undang Komoditas Bebas Deforestasi oleh Parlemen Uni Eropa pada tahun 2022 menjadi momentum penting bagi Indonesia. Meskipun diplomasi penundaan berhasil, tekanan terhadap Indonesia untuk mengatasi deforestasi tetap tinggi. Indonesia harus mengambil peran aktif dalam membangun narasi global tentang nol deforestasi berbasis agroforestri. Penataan ulang spektrum kehutanan dengan narasi baru akan menggeser perspektif dunia.
Indonesia perlu menyajikan bukti ilmiah tentang keberhasilan agroforestri dalam mencapai nol deforestasi. Sejarah panjang pengembangan agroforestri di berbagai pulau Nusantara dapat menjadi landasan yang kuat untuk memperkuat posisi Indonesia di dunia global. Indonesia dapat menginterupsi perdebatan tentang deforestasi dengan menawarkan solusi berbasis kearifan lokal. Narasi ini dapat dikemas dalam dokumen kenegaraan Mahataman Peragroforestrian Indonesia (Matarian Indonesia), yang dipresentasikan di forum-forum internasional.
Matarian Indonesia, sebagai bukti ilmiah yang kuat, dapat diintegrasikan dengan diplomasi lunak (soft diplomacy) untuk membangun citra positif Indonesia sebagai negara yang berkomitmen pada pengelolaan hutan berkelanjutan. Pengarusutamaan Matarian Indonesia sebagai sistem kehutanan nol deforestasi akan menjadi soft power dan new national branding bagi Indonesia. Dengan membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang belum terjelajahi, Indonesia dapat semakin fasih dan lihai dalam menghadapi kampanye negatif tentang deforestasi.
Diplomasi Matarian Indonesia: Strategi Gerilya untuk Keberlanjutan Hutan
Kehutanan Nusantara perlu dikode ulang dengan DNA Matarian Indonesia, yang dikemas dalam kecerdasan taktis yang halus, terbuka, dan aktif. Ini merupakan bagian dari taktik diplomasi Nusantara kontemporer yang terintegrasi dalam perang urat saraf (psy-war). Target utamanya adalah mengubah persepsi dunia internasional tentang deforestasi di Indonesia.
Diplomasi Matarian Indonesia memiliki misi untuk menunjukkan bahwa tata kelola hutan nol deforestasi dapat berpusat di Indonesia. Rujukan ini dapat menjadi pusat pembelajaran global, yang mengedepankan empati terhadap permasalahan global. Matarian Indonesia dibentengi dengan strategi berlapis, mengikuti skema perang gerilya. Indonesia, melalui refleksi kebangsaan yang tinggi, secara paralel menyusun roadmap baru untuk kehutanannya, dengan visi 100 tahun kehutanan berkelanjutan yang menjadi rujukan peradaban dunia. Hutan untuk pangan, energi, air, dan termasuk di dalamnya perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan, dapat ditemukan solusi berkelanjutannya melalui Matarian Indonesia. Dengan demikian, Indonesia dapat memainkan peran kunci dalam menjaga keberlanjutan hutan global.