Polemik Pabrik RDF Rorotan: Warga Gencar Menolak, Kekhawatiran Kesehatan Jadi Sorotan

Penolakan Pabrik RDF Rorotan Menguat, Warga Khawatir Dampak Kesehatan

Penolakan terhadap keberadaan pabrik Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan, Jakarta Utara, terus bergulir. Warga yang tinggal di sekitar lokasi pabrik dengan tegas menyatakan penolakannya dan berencana untuk mengintensifkan upaya agar pabrik tersebut dipindahkan ke lokasi yang lebih jauh dari pemukiman. Alasan utama penolakan ini bukan hanya masalah bau yang ditimbulkan, tetapi juga kekhawatiran mendalam mengenai potensi dampak kesehatan jangka panjang yang mungkin disebabkan oleh operasional pabrik.

Viant, seorang warga Perumahan Jakarta Garden City (JGC) Cakung, Jakarta Timur, mengungkapkan kekhawatiran mendasar warga terkait potensi residu bahan kimia berbahaya yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah di pabrik RDF. Menurutnya, residu ini dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan warga sekitar. Kekhawatiran ini diperkuat oleh pengalaman warga yang telah merasakan dampak negatif setelah uji coba operasional pabrik RDF.

Dampak Kesehatan Jadi Alasan Utama Penolakan

Wahyu Andre, Ketua RT di Perumahan JGC Klaster Shinano, RT 18, RW 14, menegaskan bahwa penolakan warga didasari oleh pengalaman buruk setelah dua kali uji coba operasional pabrik. Ia menyatakan bahwa sejumlah warga mengalami masalah kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), sesak napas, dan radang selaput mata. Pengalaman ini semakin memperkuat keyakinan warga bahwa operasional pabrik RDF di dekat pemukiman akan membahayakan kesehatan mereka.

Berikut adalah beberapa keluhan warga yang muncul setelah uji coba pabrik:

  • ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
  • Sesak Napas
  • Radang Selaput Mata

Pemerintah Berupaya Mencari Solusi

Di sisi lain, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (LH) berupaya untuk mengatasi permasalahan ini. Kepala Dinas LH Jakarta, Asep Kuswanto, sebelumnya menyatakan bahwa pabrik RDF Rorotan ditargetkan untuk kembali beroperasi pada akhir Juli 2025. Dinas LH berencana untuk menambah beberapa fasilitas seperti deodorizer untuk meminimalkan bau yang ditimbulkan oleh pabrik.

Namun, penambahan fasilitas ini membutuhkan waktu, dan belum ada jaminan bahwa penambahan deodorizer akan sepenuhnya menghilangkan masalah bau. Hal ini menjadi perhatian utama bagi warga, yang menginginkan kepastian bahwa operasional pabrik RDF tidak akan mengganggu kualitas hidup mereka.

Jalan Tengah yang Sulit Ditemukan

Polemik antara warga dan pemerintah terkait pabrik RDF Rorotan menunjukkan betapa kompleksnya pengelolaan sampah di perkotaan. Di satu sisi, pemerintah berupaya untuk mencari solusi pengolahan sampah yang efektif dan efisien. Di sisi lain, warga menuntut jaminan kesehatan dan kualitas hidup yang layak. Mencari jalan tengah yang dapat mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak menjadi tantangan yang tidak mudah.

Warga berencana untuk terus melakukan upaya penolakan, baik melalui aksi unjuk rasa maupun mediasi dengan pihak RDF Rorotan. Mereka berharap pemerintah dapat mempertimbangkan kembali lokasi pabrik dan mencari solusi yang lebih ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan warga.

Kedepan perlu adanya dialog yang konstruktif antara pemerintah, pengelola pabrik RDF, dan warga. Transparansi dan partisipasi aktif dari seluruh pihak terkait sangat penting untuk mencapai solusi yang berkelanjutan dan dapat diterima oleh semua pihak.