Inflasi Maret 2025 Terpicu Kenaikan Harga Pangan dan Tarif Listrik, BI Optimis Target Tercapai
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Maret 2025 mengalami inflasi, menandai perubahan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi IHK Maret 2025 mencapai 1,65% (mtm), yang menghasilkan inflasi tahunan sebesar 1,03% (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menegaskan komitmen BI untuk menjaga stabilitas harga. Upaya ini akan dilakukan melalui penguatan sinergi dengan pemerintah pusat dan daerah dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), serta implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai wilayah.
"Bank Indonesia tetap optimis bahwa inflasi akan terjaga dalam kisaran target 2,5±1% pada tahun 2025," ujar Ramdan, seperti dikutip dari laman resmi BI pada Kamis (10/4/2025).
Faktor-faktor Pendorong Inflasi
Ramdan menjelaskan bahwa inflasi inti tetap stabil pada level rendah, yaitu 0,24% (mtm) pada Maret 2025. Angka ini relatif tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya (0,25% mtm). Inflasi inti ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan harga komoditas global dan peningkatan permintaan selama periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri, di tengah ekspektasi inflasi yang terkendali.
- Inflasi Inti: Kontribusi utama terhadap inflasi inti datang dari komoditas emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi inti Maret 2025 tercatat stabil di angka 2,48% (yoy), sama dengan bulan sebelumnya.
- Volatile Food: Kelompok volatile food mengalami inflasi signifikan sebesar 1,96% (mtm) pada Maret 2025, berbanding terbalik dengan deflasi yang terjadi pada bulan sebelumnya (-0,93% mtm). Pendorong utama inflasi pada kelompok ini adalah komoditas bawang merah, cabai rawit, dan daging ayam ras. Kenaikan harga bawang merah dan cabai rawit disebabkan oleh keterbatasan produksi akibat gangguan cuaca. Sementara itu, harga daging ayam ras meningkat karena lonjakan permintaan selama periode HBKN Idulfitri. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 0,37% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya (0,56% yoy).
- Administered Prices: Kelompok administered prices juga mengalami inflasi sebesar 6,53% (mtm) pada Maret 2025, naik tajam dari deflasi yang terjadi pada bulan sebelumnya (-2,65% mtm). Pendorong utama inflasi pada kelompok ini adalah tarif listrik, seiring dengan berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50% bagi pelanggan rumah tangga dengan daya terpasang hingga 2.200 VA. Kenaikan inflasi ini sebagian diimbangi oleh deflasi pada komoditas angkutan udara, berkat implementasi diskon harga tiket penerbangan berjadwal domestik kelas ekonomi selama periode HBKN Idulfitri. Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat deflasi sebesar 3,16% (yoy), tidak sedalam deflasi pada bulan sebelumnya (-9,02% yoy).
Prospek dan Upaya Pengendalian Inflasi
BI memperkirakan bahwa inflasi volatile food akan tetap terkendali berkat sinergi yang kuat antara BI, TPIP, dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah. Langkah-langkah pengendalian inflasi ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga dan mencapai target inflasi yang telah ditetapkan.
Dengan berbagai upaya pengendalian inflasi yang terus dilakukan, Bank Indonesia optimis dapat mencapai target inflasi 2,5±1% pada tahun 2025. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, serta implementasi program-program strategis seperti GNPIP, menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.