Bunker Kwarasan Magelang: Saksi Bisu Perang Dunia II yang Terlupakan, Kini Dihuni Ribuan Kelelawar

Bunker Kwarasan: Dari Tempat Perlindungan Bom ke Habitat Kelelawar

Di jantung Kota Magelang, tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan dan semak belukar, terdapat sebuah bangunan bersejarah yang menyimpan cerita kelam sekaligus ironi. Bunker Kwarasan, demikian warga setempat menyebutnya, dulunya dibangun sebagai tempat perlindungan dari serangan bom pada masa Perang Dunia II. Namun kini, bangunan tersebut justru menjadi sarang bagi ribuan kelelawar, dengan aroma menyengat kotoran yang menyambut siapa pun yang mencoba mendekat.

Bunker yang terletak di belakang Kantor Kecamatan Magelang Tengah ini, dulunya merupakan bagian dari sistem pertahanan sipil yang diinisiasi oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Luchtgevaar en Luchtbescherming Diens (LBD), lembaga pertahanan sipil anti-serangan udara, mendorong pembangunan bunker di berbagai bangunan penting, mulai dari kantor pemerintahan, rumah tinggal, hingga sekolah. Tujuannya jelas, memberikan perlindungan bagi warga sipil dari potensi serangan udara Jepang yang saat itu semakin mengkhawatirkan.

Menurut Bagus Priyana, seorang penggiat sejarah dari Komunitas Kota Toea Magelang, pembangunan bunker ini merupakan respons terhadap invasi Jepang ke China pada era 1930-an. Kekhawatiran akan meluasnya konflik ke wilayah Hindia Belanda mendorong pemerintah kolonial untuk mengambil langkah-langkah preventif, salah satunya dengan membangun bunker-bunker perlindungan.

Kenangan dan Ironi

Suwaryati, seorang warga Surabaya yang masa kecilnya dihabiskan di sekitar Bunker Kwarasan, memiliki kenangan tersendiri tentang bangunan tersebut. Rumah orang tuanya berada persis di sebelah pintu masuk bunker. Ia mengingat bagaimana bunker tersebut dulunya dilengkapi dengan lantai tegel, kasur, meja, dan kursi. Bahkan, adiknya lahir di dalam bunker pada tahun 1949, saat terjadi agresi militer Belanda. Sang adik kemudian diberi nama Geger Sudiyanto, sebagai pengingat akan peristiwa bersejarah tersebut.

Namun, kini, kondisi Bunker Kwarasan jauh dari kata layak. Lorong-lorong bawah tanah yang dulunya menjadi tempat berlindung, kini dipenuhi dengan kotoran kelelawar. Enam ruangan di dalam bunker nyaris gelap gulita, hanya sedikit cahaya yang masuk melalui ventilasi udara yang berkarat. Cerobong udara yang menjulang di bagian atas masih berdiri kokoh, namun kondisinya memprihatinkan.

Ironisnya, bangunan yang dulunya dirancang untuk melindungi nyawa manusia, kini justru menjadi habitat bagi ribuan kelelawar. Padahal, bunker ini memiliki nilai sejarah yang tinggi dan berpotensi menjadi daya tarik wisata edukatif.

Potensi Wisata Sejarah yang Terabaikan

Chandra Gusta Wisnuwardana, penggiat sejarah dari kolektif Mlaku Magelang, menyayangkan kondisi Bunker Kwarasan yang tidak terawat. Ia berpendapat bahwa bunker ini, bersama dengan situs-situs sejarah lainnya di Magelang, seharusnya dapat diangkat menjadi destinasi wisata edukatif yang menarik.

Melalui program jelajah situs yang rutin diadakan, Mlaku Magelang berupaya membangun kesadaran sejarah lokal di kalangan masyarakat. Rute Stadswijk Kwarasan, yang menjadikan Bunker Kwarasan sebagai salah satu pemberhentian, menjadi salah satu upaya untuk memperkenalkan sejarah Magelang kepada generasi muda.

Gusta berharap pemerintah daerah dapat mengambil langkah nyata dalam merevitalisasi Bunker Kwarasan. Dengan perawatan yang tepat, bunker ini dapat menjadi bagian dari wisata sejarah Kota Magelang, sekaligus menjadi pengingat akan peristiwa penting di masa lalu.

Berikut adalah beberapa potensi yang dapat dikembangkan:

  • Restorasi dan Konservasi: Memperbaiki struktur bangunan, membersihkan area dari kotoran kelelawar, dan melakukan konservasi terhadap elemen-elemen asli bunker.
  • Penataan Lingkungan: Menata area sekitar bunker agar lebih bersih dan tertata, serta menyediakan akses yang mudah bagi pengunjung.
  • Penyediaan Informasi: Membuat papan informasi yang berisi sejarah bunker, fungsi, dan peranannya pada masa lalu.
  • Pengembangan Wisata Edukatif: Mengembangkan program wisata edukatif yang melibatkan pelajar dan masyarakat umum, dengan fokus pada sejarah dan nilai-nilai perjuangan.
  • Kerjasama dengan Komunitas: Melibatkan komunitas lokal dalam pengelolaan dan pengembangan bunker, sehingga tercipta rasa memiliki dan tanggung jawab bersama.

Dengan revitalisasi yang tepat, Bunker Kwarasan dapat kembali bersinar dan menjadi bagian penting dari identitas sejarah Kota Magelang. Bangunan ini tidak hanya menjadi sarang kelelawar, tetapi juga menjadi monumen yang mengingatkan kita akan pentingnya menjaga perdamaian dan menghargai sejarah.