Perdarahan Otak Renggut Nyawa Titiek Puspa: Mengenal Penyebab, Faktor Risiko, dan Gejala

Legenda musik Indonesia, Titiek Puspa, menghembuskan napas terakhirnya pada Kamis, 10 April 2025, pukul 16.25 WIB. Kabar duka ini disampaikan oleh Mia, manajer beliau, melalui sambungan telepon. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi dunia hiburan tanah air. Keluarga mengungkapkan bahwa sebelum meninggal, Titiek Puspa sempat mengalami perdarahan otak kiri dan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan. Sebelumnya, beliau juga telah menjalani operasi akibat pecah pembuluh darah setelah pingsan usai menghadiri sebuah acara.

Memahami Perdarahan Otak: Ancaman Serius Bagi Kesehatan

Perdarahan otak, atau yang juga dikenal sebagai perdarahan intrakranial, pendarahan intraserebral, atau stroke hemoragik, merupakan kondisi medis serius yang memerlukan penanganan segera. Menurut Web MD, perdarahan otak adalah salah satu jenis stroke yang terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah atau mengalami kebocoran. Kondisi ini menyebabkan terganggunya suplai oksigen dan nutrisi ke sel-sel otak, yang dapat mengakibatkan kerusakan permanen. Perdarahan otak menyumbang sekitar 13% dari seluruh kasus stroke.

Penyebab Perdarahan Otak:

Beberapa faktor dapat memicu terjadinya perdarahan otak, di antaranya:

  • Trauma Kepala: Cedera kepala merupakan penyebab paling umum perdarahan otak pada individu berusia di bawah 50 tahun.
  • Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi): Hipertensi kronis dapat melemahkan dinding pembuluh darah, meningkatkan risiko pecah atau bocor.
  • Aneurisma: Aneurisma adalah kondisi di mana dinding pembuluh darah melemah dan membentuk benjolan. Benjolan ini berpotensi pecah dan menyebabkan perdarahan di otak.
  • Malformasi Arteriovenosa (AVM): AVM adalah kelainan pembuluh darah bawaan di dalam dan sekitar otak yang dapat menyebabkan perdarahan.
  • Angiopati Amiloid: Kondisi ini melibatkan kelainan pada dinding pembuluh darah yang sering terjadi seiring bertambahnya usia dan tekanan darah tinggi, menyebabkan perdarahan kecil berulang sebelum perdarahan besar terjadi.
  • Kelainan Darah: Kondisi seperti hemofilia dan anemia sel sabit dapat menyebabkan penurunan kadar trombosit, yang penting untuk pembekuan darah.
  • Penyakit Liver: Penyakit liver dikaitkan dengan peningkatan risiko perdarahan secara umum.
  • Tumor Otak: Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami hubungan antara tumor otak dan risiko perdarahan.

Faktor Risiko Perdarahan Otak:

Meskipun perdarahan otak dapat menyerang siapa saja, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini:

  • Hipertensi: Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama.
  • Penyalahgunaan Zat: Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang dapat meningkatkan risiko.
  • Penggunaan Tembakau: Merokok merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko perdarahan.
  • Penggunaan Obat Pengencer Darah: Obat-obatan ini dapat meningkatkan risiko perdarahan jika tidak dikelola dengan hati-hati.
  • Kondisi Medis yang Melemahkan Pembuluh Darah: Kondisi seperti diabetes dan kolesterol tinggi dapat merusak pembuluh darah.
  • Kehamilan dan Komplikasi Persalinan: Kehamilan dan persalinan dapat meningkatkan risiko perdarahan otak pada beberapa wanita.
  • Cedera Kepala: Trauma kepala dapat menyebabkan perdarahan otak.
  • Tumor Otak: Tumor otak dapat menekan atau merusak pembuluh darah.

Mengenali Gejala Perdarahan Otak:

Gejala perdarahan otak bervariasi tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan perdarahan. Gejala seringkali muncul tiba-tiba dan dapat memburuk seiring waktu. Beberapa gejala umum meliputi:

  • Sakit kepala parah yang datang tiba-tiba
  • Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)
  • Kejang (terutama jika tidak memiliki riwayat kejang)
  • Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan atau kaki
  • Mual dan muntah
  • Penurunan kesadaran atau kebingungan
  • Perubahan penglihatan (misalnya, penglihatan ganda)
  • Kelopak mata yang terkulai
  • Leher kaku
  • Kesulitan bernapas
  • Detak jantung yang tidak teratur
  • Kesemutan atau mati rasa
  • Kesulitan berbicara atau memahami perkataan
  • Kesulitan menelan (disfagia)
  • Kesulitan menulis atau membaca
  • Kehilangan keterampilan motorik halus (misalnya, kesulitan mengikat tali sepatu)
  • Tremor (gemetar)
  • Pusing
  • Kehilangan keseimbangan
  • Perubahan indra perasa
  • Kehilangan kesadaran (pingsan)

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala di atas, segera cari pertolongan medis. Penanganan cepat dan tepat dapat meningkatkan peluang pemulihan dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.