Restorasi Ekosistem Riau: Suaka Margasatwa yang Berhasil Melindungi Spesies Langka di Tengah Ancaman Kepunahan

Restorasi Ekosistem Riau: Suaka Margasatwa yang Berhasil Melindungi Spesies Langka di Tengah Ancaman Kepunahan

Krisis keanekaragaman hayati global tengah menjadi sorotan dunia. Lebih dari satu juta spesies terancam punah, sebuah fakta mengejutkan yang diungkap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam konteks ini, peringatan Hari Satwa Liar Sedunia (World Wildlife Day/WWD) pada 3 Maret setiap tahunnya menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam upaya konservasi. Tema WWD 2025, “Wildlife Conservation Finance: Investing in People and Planet”, menekankan urgensi investasi berkelanjutan untuk masa depan planet dan seluruh penghuninya, termasuk satwa liar yang semakin terhimpit.

Salah satu contoh keberhasilan konservasi yang patut diapresiasi adalah Restorasi Ekosistem Riau (RER). Diinisiasi oleh APRIL Group sejak 2013, program ini fokus pada restorasi ekosistem gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Riau, yang mencakup area seluas lebih dari dua kali luas Singapura. RER bukan hanya sekadar proyek rehabilitasi hutan terdegradasi, melainkan juga upaya strategis untuk melindungi dan memulihkan habitat spesies langka, memberikan manfaat ekologis yang signifikan bagi manusia dan lingkungan. Hingga Desember 2024, RER telah berhasil menjadi rumah bagi 896 spesies flora dan fauna, termasuk 40 spesies rentan, 26 spesies terancam, dan 14 spesies kritis menurut data The International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Keberhasilan RER tidak lepas dari komitmen jangka panjang APRIL dalam konservasi dan restorasi. Sejak Conference of the Parties (COP) di Paris pada 2015, APRIL telah berkomitmen untuk menginvestasikan 100 juta dolar AS selama 10 tahun untuk program-program terkait. Komitmen ini diperkuat dengan peluncuran inisiatif APRIL2030 pada 2020, yang mengalokasikan 1 dolar AS untuk setiap ton serat yang dipasok ke pabrik untuk upaya konservasi dan restorasi. Hingga saat ini, telah terkumpul 60 juta dolar AS yang dialokasikan untuk tujuan tersebut. Model pendanaan inovatif ini telah terbukti efektif dalam upaya restorasi ekosistem gambut, mitigasi perubahan iklim, dan perlindungan satwa liar.

Beberapa spesies kunci yang berhasil dilindungi di RER antara lain:

  • Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae): Spesies kritis yang terancam punah akibat perburuan liar. RER di Semenanjung Kampar dipilih sebagai lokasi pelepasliaran Corina, seekor harimau betina, pada tahun 2020. Keberadaan Corina telah terkonfirmasi kembali melalui kamera jebak pada Juni 2022, menandai keberhasilan upaya konservasi.
  • Trenggiling Sunda (Manis javanica): Spesies kritis yang terancam akibat perburuan dan perdagangan ilegal. RER memberikan habitat yang aman bagi spesies endemik Asia Tenggara ini yang sebagian besar hidupnya berada di pepohonan.
  • Bangau Hutan Rawa (Ciconia stormi): Spesies terancam punah yang telah berhasil berkembang biak di RER, menjadi bukti bahwa kawasan ini menyediakan habitat yang ideal dan mendukung keberlangsungan populasi spesies ini.
  • Odonata (Capung dan Capung Jarum): Survei yang dilakukan di RER pada tahun 2020 dan 2023 mengungkapkan keanekaragaman tinggi spesies Odonata, dengan ditemukannya 100 spesies, termasuk 39 spesies baru di Riau dan dua spesies baru untuk ilmu pengetahuan. Temuan ini memperkuat status RER sebagai habitat yang sehat dan ideal untuk pelestarian Odonata.

RER menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan lembaga konservasi dapat menghasilkan dampak signifikan dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Keberhasilan RER memberikan harapan dan inspirasi bagi upaya konservasi satwa liar di Indonesia dan dunia, khususnya dalam menghadapi tantangan krisis keanekaragaman hayati global.