Pramono Anung Dorong Optimalisasi Jakarta International Velodrome: Belajar dari Sukses Transformasi GBK
Jakarta International Velodrome menjadi sorotan utama dalam kunjungan Gubernur Jakarta, Pramono Anung, pada Kamis, 10 April 2025. Kunjungan ini tidak hanya sekadar inspeksi, tetapi juga menjadi momentum untuk merumuskan strategi peningkatan pendapatan dan keberlanjutan operasional fasilitas olahraga bertaraf internasional tersebut.
Beban Operasional dan Inspirasi dari GBK
Dalam kunjungannya, Pramono Anung secara khusus menyoroti beban biaya operasional Velodrome yang saat ini masih sepenuhnya diemban oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro). Ia menekankan pentingnya mencari solusi inovatif untuk mengatasi tantangan finansial ini. Salah satu solusi yang diusulkan adalah pengembangan area di sekitar Velodrome untuk menarik lebih banyak pengunjung dan meningkatkan pendapatan.
“Saya meminta kepada Direktur Utama Jakpro untuk mengidentifikasi potensi pengembangan di Velodrome yang dapat menutupi biaya operasionalnya,” ujar Pramono. Pernyataan ini menggarisbawahi urgensi diversifikasi sumber pendapatan Velodrome.
Inspirasi utama dalam upaya ini adalah keberhasilan transformasi Gelora Bung Karno (GBK). Pramono Anung, yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Kabinet, menceritakan bagaimana GBK, yang dulunya merugi, kini mampu menghasilkan keuntungan yang signifikan berkat pembenahan dan komersialisasi yang cerdas. Pramono mendorong Jakpro untuk belajar dari kesuksesan GBK dalam mengelola dan mengoptimalkan aset olahraga.
“Dulu GBK selalu merugi, tetapi setelah dilakukan pembenahan dan komersialisasi beberapa fasilitas, kini GBK selalu untung. Ini adalah contoh yang baik,” kata Pramono, memberikan gambaran jelas tentang potensi yang bisa diraih Velodrome.
Pengembangan Fasilitas Pendukung dan Apresiasi dari NOC Indonesia
Salah satu ide yang dilontarkan adalah penambahan fasilitas jogging track di sekitar Velodrome. Fasilitas ini diharapkan dapat menarik minat masyarakat untuk berolahraga dan berkontribusi pada peningkatan pendapatan Velodrome. Pramono Anung menekankan pentingnya pemikiran kreatif dalam mengembangkan Velodrome.
“Saya ingin Velodrome ini dikembangkan dengan memikirkan potensi-potensi lain, seperti fasilitas olahraga lain di sekitarnya. Jika ada potensi, mari kita kembangkan bersama-sama,” ungkapnya.
Presiden Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia), Raja Sapta Oktohari, memberikan apresiasi atas kunjungan Pramono Anung. Ia mengakui bahwa Velodrome Jakarta telah menjadi salah satu fasilitas terbaik di dunia dan telah digunakan dalam berbagai kejuaraan internasional bergengsi.
“Velodrome ini dapat digunakan lebih banyak lagi, tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan atlet Indonesia menuju Olimpiade, tetapi juga untuk menarik atlet-atlet dunia berlatih di sini dan mengadakan lebih banyak kegiatan,” kata Raja Sapta, menyoroti potensi Velodrome sebagai pusat olahraga bertaraf internasional.
Strategi Jakpro: Diversifikasi Pendapatan
Direktur Utama Jakpro, Iwan Takwin, menjelaskan bahwa pihaknya sedang merencanakan pengembangan area sekitar Velodrome untuk mengoptimalkan pendapatan dari kegiatan non-sepeda. Rencananya meliputi pemanfaatan lahan seluas lima hektar untuk berbagai kegiatan komersial.
“Kami akan memanfaatkan lahan ini untuk kegiatan di luar sepeda, seperti entertainment, kuliner, dan fasilitas hospitality lainnya,” jelas Iwan Takwin, memberikan detail konkret tentang strategi Jakpro.
Dengan sinergi antara pemerintah provinsi, Jakpro, dan dukungan dari NOC Indonesia, Jakarta International Velodrome diharapkan dapat mencapai kemandirian finansial dan terus berkontribusi pada pengembangan olahraga di Indonesia.