Strategi Jitu Beijing: Mengapa China Tak Goyah Dihantam Tarif Tinggi AS dalam Perang Dagang Berkepanjangan

Strategi Jitu Beijing: Mengapa China Tak Goyah Dihantam Tarif Tinggi AS dalam Perang Dagang Berkepanjangan

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China terus membara, bahkan setelah Presiden AS menerapkan tarif impor sebesar 125% terhadap produk China. Langkah ini diperkirakan akan memangkas ekspor China ke AS secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Namun, alih-alih gentar, China menunjukkan ketahanan yang mengejutkan. Apa yang membuat Beijing begitu percaya diri menghadapi tekanan ekonomi dari Washington?

Kekuatan Internal dan Adaptasi Strategis

Menurut Victor Shih, Direktur 21st Century China Center di Universitas California San Diego, ketahanan China berakar pada sistem politiknya. Para pemimpin Partai Komunis Tiongkok tidak menghadapi tekanan langsung dari pemilih atau jajak pendapat, yang memungkinkan mereka untuk mengambil kebijakan ekonomi yang sulit dalam jangka pendek demi keuntungan strategis jangka panjang. Hal ini sangat kontras dengan politisi AS, yang seringkali harus menanggapi kekhawatiran pemilih dengan cepat.

China telah belajar dari pengalaman masa lalu. Kebijakan 'nol-COVID' yang ketat, meskipun menyebabkan penderitaan ekonomi dan pengangguran yang meluas, menunjukkan kemampuan pemerintah untuk memberlakukan kebijakan yang tidak populer demi tujuan yang dianggap lebih besar. Kemampuan ini memberikan landasan yang kuat untuk menghadapi guncangan ekonomi eksternal seperti tarif AS.

Diplomasi Perdagangan Aktif

Dalam beberapa pekan terakhir, Beijing telah aktif menjalin hubungan perdagangan dengan negara-negara di Eropa dan Asia Tenggara. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan membangun aliansi perdagangan alternatif. Dengan menawarkan kemitraan yang saling menguntungkan, China berusaha memenangkan hati sekutu dan mitra Amerika yang lelah dengan ketidakpastian perang dagang. Langkah ini menunjukkan strategi proaktif untuk mengisolasi AS secara ekonomi dan politik.

Persiapan Jangka Panjang dan Optimisme Pemerintah

Editorial di People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis Tiongkok, menunjukkan optimisme bahwa China dapat mengatasi badai ini. Pemerintah mengklaim telah mempersiapkan diri selama enam tahun untuk menghadapi perang dagang dengan AS dan telah mengumpulkan pengalaman yang berharga dalam delapan tahun terakhir. Persiapan ini mencakup diversifikasi pasar ekspor, pengembangan rantai pasokan domestik, dan investasi besar-besaran dalam teknologi canggih.

Diversifikasi Ekonomi dan Investasi Teknologi

Para ahli sepakat bahwa China kini berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk menghadapi konflik dagang yang lebih luas dibandingkan dengan tahun 2018. Negara ini telah berhasil mengurangi ketergantungan pada pasar AS, dari sekitar seperlima menjadi kurang dari 15% dari total ekspornya. Produsen China juga telah mendirikan basis produksi di negara ketiga seperti Vietnam dan Kamboja untuk menghindari tarif AS.

Selain itu, China telah memperkuat rantai pasokan untuk mineral penting seperti rare earth, meningkatkan teknologi manufakturnya dengan kecerdasan buatan dan robotika, serta meningkatkan kemampuan teknologi canggihnya, termasuk produksi semikonduktor. Investasi besar-besaran dalam inovasi teknologi ini bertujuan untuk menjadikan China lebih mandiri secara ekonomi dan kurang rentan terhadap tekanan eksternal.

Tantangan Domestik yang Ditangani

Sejak tahun lalu, pemerintah China juga telah berupaya mengatasi masalah-masalah domestik seperti lemahnya konsumsi dan tingginya utang pemerintah daerah. Meskipun belum sepenuhnya berhasil, upaya ini menunjukkan kesadaran pemerintah akan tantangan internal yang perlu diatasi untuk memperkuat fondasi ekonomi negara. Secara keseluruhan, kombinasi dari kekuatan internal, adaptasi strategis, diplomasi perdagangan aktif, dan investasi teknologi membuat China mampu menghadapi tekanan ekonomi dari AS dalam perang dagang yang berkepanjangan.