Kucuran Dividen Bank Capai Rp 125 Triliun di Tengah Koreksi Pasar Saham
Pembagian Dividen Jumbo Bank-Bank di Tengah Volatilitas Pasar
Jakarta, Indonesia - Sektor perbankan Indonesia bersiap untuk membagikan dividen dengan total nilai fantastis, mencapai Rp 125 triliun. Gelombang dividen ini akan mengalir ke rekening pemegang saham dari delapan bank terkemuka di tengah kondisi pasar saham yang fluktuatif.
Kondisi pasar saham yang terkoreksi justru dapat memberikan keuntungan bagi investor yang mengincar dividen ( dividend hunter ). Penurunan harga saham meningkatkan dividend yield, sehingga investor berpotensi mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi. Namun, analis memperingatkan tentang potensi dividend trap, di mana harga saham dapat turun signifikan setelah ex date (tanggal di mana investor tidak lagi berhak menerima dividen).
Jadwal dan Nilai Dividen Bank-Bank Utama:
Berikut adalah rincian pembagian dividen dari beberapa bank besar:
- Bank Central Asia (BBCA): Akan membagikan dividen sebesar Rp 30,7 triliun pada 11 April 2025. Sebelumnya, BCA telah membagikan dividen interim Rp 6,16 triliun pada akhir 2024. Dengan harga saham Rp 7.925 per saham (data 9 April 2025), yield dividen BBCA mencapai sekitar 3,5%.
- Bank Mandiri (BMRI): Menawarkan dividend yield tertinggi, mencapai 9,8%, dengan nilai dividen per saham Rp 466. Cum date Bank Mandiri adalah 11 April 2025, dan pembayaran dividen akan dilakukan pada 23 April 2025.
- Bank Tabungan Negara (BBTN): Membagikan dividen terkecil, senilai Rp 751,8 miliar. Cum date BBTN adalah 14 April 2025, dan pembayaran dividen pada 25 April 2025.
Analis Berikan Pandangan Berbeda
Handiman Soetoyo dari Mirae Asset berpendapat bahwa besarnya dividen saat ini kurang mampu menjadi daya tarik di tengah kondisi global yang tidak menentu. Pergerakan harga saham bank-bank pembagi dividen cenderung terkoreksi.
"Situasi global sekarang sangat ekstrem, jadi dividen enggak terlalu berpengaruh," ujarnya.
Ia menyarankan untuk berhati-hati dan mempertimbangkan risiko sebelum membeli saham bank menjelang cum date.
Ekky Topan dari Infovesta Utama memiliki pandangan berbeda. Ia melihat penurunan harga saham sebagai peluang bagi dividend hunter untuk mendapatkan dividend yield yang lebih besar. Namun, ia juga mengingatkan tentang potensi penurunan harga yang signifikan setelah ex date.
"Dividen trap bisa terjadi dan mungkin butuh waktu untuk recover ke harga beli," kata Ekky.
Namun, bagi investor jangka panjang, kondisi saat ini bisa menjadi momentum yang baik mengingat valuasi saham bank yang tergolong murah dan dividen yang besar.
Maximilianus Nicodemus dari Pilarmas Investindo Sekuritas juga memperingatkan tentang potensi dividend trap. Ia menekankan bahwa investor perlu mempertimbangkan situasi global dan domestik secara keseluruhan, bukan hanya tergiur dengan dividen.
"Jadi jangan sampai hanya menginginkan dividennya tapi nanti malah kena trap," jelasnya.
Kesimpulan
Pembagian dividen jumbo dari sektor perbankan menjadi sorotan di tengah kondisi pasar saham yang bergejolak. Investor perlu berhati-hati dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi. Apakah ini saat yang tepat untuk menjadi dividend hunter atau justru menghindari potensi dividend trap? Keputusan ada di tangan Anda.
Disclaimer: Artikel ini hanya bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan sebelum membuat keputusan investasi.