Atasi Aroma Tak Sedap, Pemkot Yogyakarta Kaji Penggunaan 'Popok' Kuda Andong di Malioboro
Yogyakarta Berupaya Tingkatkan Kenyamanan Wisatawan Malioboro dengan Wacana Penggunaan 'Popok' Kuda
Pemerintah Kota Yogyakarta tengah berupaya mencari solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan bau tak sedap yang mengganggu kenyamanan wisatawan di kawasan Malioboro. Aroma yang tercium, terutama saat musim liburan, diidentifikasi berasal dari urin kuda andong, kendaraan tradisional yang menjadi daya tarik wisata di kawasan tersebut.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, telah menginstruksikan jajarannya untuk segera menindaklanjuti keluhan wisatawan terkait aroma kurang sedap tersebut. Salah satu solusi yang sedang dikaji secara serius adalah penggunaan semacam "popok" atau penampung urin khusus untuk kuda andong. Ide ini muncul sebagai respons atas fakta bahwa wadah penampung kotoran padat sudah tersedia, namun belum ada sistem yang efektif untuk menampung urin kuda.
Inovasi Penampung Urin Kuda Jadi Prioritas
"Kami sedang memikirkan bagaimana membuat 'pampers' untuk kuda andong di Malioboro. Ini penting karena dampaknya signifikan terhadap kenyamanan pengunjung," ujar Hasto Wardoyo.
UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta bersama dinas terkait telah diperintahkan untuk melakukan studi kelayakan dan mencari teknologi yang tepat untuk merealisasikan ide ini. Beberapa opsi yang mungkin dipertimbangkan antara lain:
- Desain Penampung Urin Ergonomis: Merancang alat penampung urin yang nyaman digunakan oleh kuda dan mudah dibersihkan.
- Material Penyerap Bau: Memanfaatkan material yang mampu menyerap dan menetralisir bau urin.
- Sistem Pembuangan Terpusat: Mengembangkan sistem pembuangan urin terpusat untuk memudahkan pengelolaan limbah.
Selain inovasi penampung urin, Pemkot Yogyakarta juga berencana melakukan pendataan ulang terhadap populasi kuda andong, khususnya membedakan antara kuda jantan dan betina. Hal ini didasari pertimbangan bahwa kuda betina dinilai lebih mudah dikendalikan dalam hal buang air kecil.
Andong Tetap Jadi Bagian Ikonik Malioboro
Meski demikian, Hasto Wardoyo menegaskan bahwa Pemkot Yogyakarta tidak akan melarang operasional andong. Justru, keberadaan andong sebagai ikon transportasi tradisional kota akan tetap dipertahankan. Upaya yang dilakukan saat ini semata-mata bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan dan menjaga kebersihan lingkungan Malioboro.
"Kami tidak ingin menghilangkan andong dari Malioboro. Andong adalah bagian dari identitas kota ini. Yang perlu kita benahi adalah sistem pengelolaan limbahnya," tegasnya.
Kepala UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta, Ekwanto menambahkan, pihaknya secara rutin melakukan penyemprotan disinfektan dan pengharum ruangan di sepanjang Jalan Malioboro. Langkah ini merupakan upaya jangka pendek untuk mengurangi dampak bau tak sedap, sembari menunggu solusi permanen berupa penampung urin kuda dapat diimplementasikan.
Diharapkan, dengan berbagai upaya yang dilakukan, kawasan Malioboro akan semakin nyaman, bersih, dan menarik bagi wisatawan, sekaligus tetap melestarikan keberadaan andong sebagai bagian dari warisan budaya Yogyakarta.