Tragedi KA Jenggala: Kenangan Terakhir Asisten Masinis Bersama Keluarga Sebelum Bertugas
Duka Mendalam Iringi Kepergian Asisten Masinis KA Jenggala
Keluarga besar Abdillah Ramdan, asisten masinis KA Commuterline Jenggala yang menjadi korban dalam kecelakaan tragis di Gresik, Jawa Timur, masih diliputi duka mendalam. Sebelum insiden nahas yang merenggut nyawanya, Abdillah sempat menghabiskan waktu berharga bersama kedua buah hatinya.
Nirma Dewi Ayuningtyas, sang istri, dengan suara bergetar menceritakan momen-momen terakhir kebersamaan mereka. Pada hari kejadian, Selasa (8/4/2025), Abdillah meluangkan waktu menemani putra-putrinya bermain dan membantu mengerjakan tugas sekolah. Setelah shalat zuhur, ia berpamitan untuk menjalankan tugasnya sebagai asisten masinis.
"Pagi itu, Mas Abdillah masih bermain dengan anak-anak, menemani mereka belajar. Siang, setelah shalat zuhur, dia pamit berangkat kerja," ungkap Nirma di kediaman duka, Kamis (10/4/2025).
Nirma melanjutkan, sebelum berangkat, anak bungsunya sempat meminta Abdillah untuk berkeliling sebentar. Sebuah permintaan yang biasa dilakukan anak-anak. Setelah itu, Abdillah berpamitan dan mencium tangan anak-anaknya. Tak disangka, sore harinya, kabar duka datang menghantam keluarga.
"Anak yang kecil minta 'muter' dulu, istilahnya anak kecil minta jalan-jalan sebentar. Habis itu, Mas Abdillah pamitan dan saliman seperti biasa. Sorenya, kami dapat kabar yang sangat memilukan," tutur Nirma dengan mata berkaca-kaca.
Abdillah dikenal sebagai sosok ayah yang penyayang dan selalu mengutamakan keluarganya. Rutinitas menemani anak-anak sebelum bekerja selalu dilakukannya sejak anak pertama hingga anak kedua. Kepergiannya meninggalkan luka yang mendalam bagi keluarga.
"Mas Abdillah sangat sayang pada anak-anaknya. Setiap kali bekerja, yang selalu ada di pikirannya adalah anak-anak," imbuh Nirma.
Ayahanda Abdillah, Mono (71), juga merasakan kehilangan yang amat besar. Ia menceritakan bahwa adik Abdillah sempat bermimpi tentang sang kakak. Dalam mimpi tersebut, Abdillah meminta adiknya untuk pulang ke Grudo, tempat Mono tinggal.
"Abdillah biasa memanggil adiknya 'le'. Dalam mimpinya, dia bilang 'Le, muleho nak Grudo' (Dek, pulanglah ke Grudo). Kebetulan, saya tinggal di Grudo," kata Mono.
Mono menambahkan, tak lama setelah adiknya tiba di rumah duka, istri rekan kerja Abdillah datang membawa kabar duka tentang kecelakaan yang menimpa Abdillah. Sebuah kebetulan yang terasa sangat menyakitkan.
Kronologi Kecelakaan dan Kondisi Korban
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, kecelakaan yang menimpa KA Commuterline Jenggala relasi Indro-Sidoarjo terjadi di KM 7+600 pada Selasa (8/4/2025) sekitar pukul 18.35 WIB. Kereta api tersebut bertabrakan dengan sebuah truk bermuatan kayu.
"KA Commuterline Jenggala tertemper truk bermuatan kayu," jelas Manajer Humas PT KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif, melalui pesan singkat.
Akibat kejadian tersebut, Abdillah Ramdan, asisten masinis KA Jenggala, meninggal dunia setelah sempat tidak sadarkan diri saat dievakuasi. Sementara itu, masinis KA Jenggala, Purwo Pranoto, mengalami luka berat dan dilarikan ke Rumah Sakit Semen Gresik untuk mendapatkan perawatan intensif.
"Masinis mengalami luka dan dibawa ke RS Semen Gresik untuk mendapat pengobatan. Asisten masinis meninggal dunia," ujar Luqman.
Pengemudi truk kayu dengan nomor polisi W 8700 US, Majuri, warga Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, dilaporkan selamat dari insiden tersebut.
Lebih lanjut, Luqman menjelaskan bahwa kecelakaan ini tidak mengganggu perjalanan kereta api lainnya karena terjadi di jalur cabang antara Stasiun Kandangan menuju Stasiun Indro.
"Insiden ini terjadi di jalur cabang. Pihak KAI juga mengimbau kembali kepada seluruh pengguna jalan, khususnya pengemudi kendaraan, untuk mematuhi aturan di perlintasan sebidang," pungkas Luqman.
Keluarga yang ditinggalkan berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali dan meminta pihak berwenang untuk meningkatkan pengawasan di perlintasan sebidang guna mencegah terjadinya kecelakaan di masa mendatang.