Rupiah Berkilau di Tengah Turbulensi Global: Dolar AS Tertekan Sentimen Resesi dan Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Rupiah Berkilau di Tengah Turbulensi Global: Dolar AS Tertekan Sentimen Resesi dan Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Jakarta - Rupiah menunjukkan resiliensinya di tengah gejolak pasar global, melanjutkan tren penguatannya terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Jumat (11/4/2025). Sentimen pasar yang berhati-hati dan meningkatnya ekspektasi terhadap perubahan kebijakan moneter AS menjadi faktor pendorong utama di balik performa Rupiah yang positif ini.
Menurut data Bloomberg, pada pukul 09.20 WIB, Rupiah diperdagangkan pada level Rp 16.771 per Dolar AS di pasar spot, mencatatkan penguatan sebesar 0,31 persen. Pada penutupan perdagangan sebelumnya, Rupiah berada di posisi Rp 16.823 per Dolar AS.
Analisis Faktor Pendorong
Lukman Leong, analis dari Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa penguatan Rupiah didorong oleh melemahnya indeks Dolar AS, yang terperosok ke level terendah sejak Juli 2023. Indeks Dolar AS mengalami penurunan sebesar 0,67 persen ke level 100,22.
"Rupiah menguat karena Dolar AS melemah ke level terendahnya sejak Juli 2023, dipicu oleh kekhawatiran resesi di AS akibat perang dagang, terutama eskalasi tarif antara AS dan China," ujar Lukman.
Tekanan terhadap Dolar AS juga diperkuat oleh meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada bulan September 2025. Spekulasi ini muncul setelah rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Laju inflasi AS pada Maret 2025 tercatat sebesar 2,4 persen (year-on-year/yoy), turun dari 2,8 persen pada Februari 2025, dan di bawah ekspektasi konsensus sebesar 2,6 persen.
Prospek dan Tantangan
Kendati demikian, Lukman mengingatkan bahwa penguatan Rupiah mungkin akan terbatas karena masih adanya risiko di pasar ekuitas. "Penguatan Rupiah mungkin akan terbatas mengingat sentimen risk-off yang kuat di pasar ekuitas, dengan kisaran pergerakan antara Rp 16.700 hingga Rp 16.900 per Dolar AS," katanya.
Secara keseluruhan, performa Rupiah yang solid di tengah ketidakpastian global menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang relatif kuat. Namun, investor dan pelaku pasar perlu tetap waspada terhadap potensi volatilitas pasar dan perkembangan kebijakan moneter global yang dapat mempengaruhi nilai tukar Rupiah.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pergerakan Rupiah saat ini meliputi:
- Indeks Dolar AS: Pelemahan indeks Dolar AS memberikan ruang bagi penguatan mata uang lainnya, termasuk Rupiah.
- Kekhawatiran Resesi AS: Perang dagang dan potensi perlambatan ekonomi AS memicu kekhawatiran resesi, yang melemahkan Dolar AS.
- Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed: Data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang juga menekan Dolar AS.
- Sentimen Risk-Off di Pasar Ekuitas: Sentimen negatif di pasar ekuitas dapat membatasi penguatan Rupiah.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, pergerakan Rupiah dalam jangka pendek diperkirakan akan dipengaruhi oleh sentimen pasar global dan perkembangan kebijakan moneter AS.