Babinsa Lumajang: Tiga Tahun Mengabdi, Gendong Generasi Penerus Seberangi Sungai Lahar Semeru

Dedikasi Tanpa Batas: Serma Wahyu, Babinsa yang Menjadi Pahlawan Pendidikan di Lumajang

Di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, perjuangan anak-anak untuk meraih pendidikan tidaklah mudah. Mereka harus menghadapi tantangan alam yang berat, yaitu Sungai Regoyo, sungai yang kerap dilanda banjir lahar dingin dari Gunung Semeru. Di tengah kondisi yang sulit ini, hadir seorang Babinsa (Bintara Pembina Desa), Serma Novi Wahyu Santoso, yang menjadi sosok penting bagi anak-anak Dusun Sumberlangsep.

Serma Wahyu, selama tiga tahun terakhir, telah mendedikasikan dirinya untuk membantu anak-anak Sumberlangsep menyeberangi Sungai Regoyo agar mereka bisa bersekolah. Sungai ini menjadi penghalang utama, terutama saat banjir lahar dingin melanda. Jembatan limpas, satu-satunya akses yang ada, tidak dapat digunakan saat banjir karena material vulkanik melintas di atasnya. Alternatifnya adalah menyeberangi sungai dengan arus deras dan bebatuan terjal, risiko yang sangat berbahaya bagi anak-anak.

Lebih Dekat dengan Sungai Regoyo dan Jembatan Limpas

Sungai Regoyo, yang terletak di kaki Gunung Semeru, menjadi jalur utama aliran lahar dingin saat musim hujan tiba. Banjir lahar dingin membawa material vulkanik seperti pasir dan batu, yang membuat sungai menjadi sangat berbahaya untuk diseberangi, terutama bagi anak-anak.

Satu-satunya akses yang menghubungkan Dusun Sumberlangsep dengan dunia luar adalah jembatan limpas. Jembatan ini memiliki konstruksi yang unik, tanpa pagar pengaman, dan terletak tepat di atas aliran sungai. Meskipun memiliki rongga untuk aliran air, saat banjir lahar dingin menerjang, material vulkanik melintas di atas jembatan, membuatnya tidak dapat dilewati.

Aksi Heroik Serma Wahyu

Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, Serma Wahyu tergerak untuk membantu. Setiap pagi, bahkan sebelum matahari terbit, ia sudah bersiaga di tepi Sungai Regoyo. Dengan sigap, ia menggendong anak-anak satu per satu menyeberangi sungai agar mereka bisa sampai ke sekolah dengan selamat.

"Saya kan Babinsa ya memang harus bermanfaat dan dekat sama warga. Kasian loh lihat anak-anak nyebrang sungai sambil tenteng sepatu karena takut basah, jadi ya saya gendong, mereka semangat mau sekolah tapi kondisinya seperti itu," ujar Wahyu.

Sambil menggendong, Serma Wahyu seringkali bercengkrama dengan anak-anak, menanyakan cita-cita mereka. Mendengar jawaban yang beragam, mulai dari guru, dokter, hingga tentara, semakin memacu semangatnya untuk terus membantu. Ia menyadari bahwa anak-anak ini adalah generasi penerus bangsa yang memiliki impian besar.

Harapan dan Upaya untuk Solusi Jangka Panjang

Serma Wahyu berharap agar pemerintah segera memberikan perhatian dan solusi permanen bagi masalah ini. Meskipun jembatan limpas telah diperbaiki, namun tetap tidak dapat digunakan saat banjir lahar dingin melanda. Ia juga memiliki ide untuk membuat akses alternatif menggunakan tali sling yang membentang di atas jembatan, sehingga anak-anak dapat menyeberang dengan lebih aman.

"Rencana saya kalau ada dananya mau ada tali sling itu lo nanti ada dudukannya buat menyebrangkan orang kayak lift-lift yang di salju itu lo," jelasnya.

Dedikasi Serma Wahyu adalah contoh nyata pengabdian seorang abdi negara kepada masyarakat. Ia tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai Babinsa, tetapi juga menjadi pahlawan bagi anak-anak Dusun Sumberlangsep, membuka jalan bagi mereka untuk meraih mimpi dan masa depan yang lebih baik.

Daftar Cita-Cita

  • Guru
  • Dokter
  • Tentara