Muhammadiyah Ingatkan PTMA untuk Fokus pada Kualitas Profesor, Hindari 'Obral' Gelar Kehormatan
Muhammadiyah Tekankan Kualitas Guru Besar, Hindari Pemberian Gelar Profesor Kehormatan di PTMA
Muhammadiyah secara tegas mengingatkan seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah (PTMA) untuk tidak terburu-buru memberikan gelar profesor kehormatan. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan pesan ini dalam acara pengukuhan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Jebul Suroso, sebagai guru besar bidang manajemen keperawatan. Menurut Haedar, pemberian gelar profesor kehormatan yang dilakukan tanpa pertimbangan matang dapat merusak marwah institusi.
Haedar Nashir menekankan bahwa gelar profesor seharusnya melekat pada profesi dan institusi, bukan sekadar diberikan sebagai penghormatan kepada tokoh-tokoh tertentu. Ia meminta PTMA untuk tidak mengikuti tren universitas lain yang cenderung memberikan gelar profesor kehormatan secara mudah. Penegasan ini disampaikan dua kali oleh Haedar, menunjukkan keseriusannya dalam menjaga kualitas dan integritas PTMA.
"Ini pesan saya, biarpun belum ada SK-nya. Anggap itu perintah ketum demi marwah dan kekuatan PTMA," tegas Haedar.
Menurut data Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah, saat ini terdapat 162 PTMA yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah ini terdiri dari 93 universitas, 37 sekolah tinggi, 26 institut, 1 akademi, dan 5 politeknik. Dengan bertambahnya Jebul Suroso, total guru besar di PTMA menjadi 431 orang. Haedar berharap, peningkatan jumlah guru besar ini dapat berdampak positif pada kualitas pendidikan di PTMA.
Targetkan PTMA Masuk Jajaran Universitas Top Dunia
Haedar Nashir juga mengungkapkan ambisinya agar PTMA dapat bersaing di tingkat global dan masuk dalam jajaran universitas top dunia. Ia optimis, target ini dapat tercapai mengingat saat ini sudah ada 20 PTMA yang memiliki fakultas kedokteran dan berstatus unggul, serta 14 PTMA yang telah terakreditasi unggul. Ia mendorong para guru besar Muhammadiyah untuk bekerja lebih keras agar PTMA dapat mencapai standar world university ranking.
"Artinya bahwa biarpun di dalam negeri kita merasa besar, tapi di konteks dunia kita ketinggalan," ujarnya.
Fokus pada Promosi Kesehatan, Bukan Hanya Pengobatan
Sementara itu, Jebul Suroso, dalam orasi ilmiahnya sebagai guru besar, mengangkat tema transformasi perawat dalam lanskap politik kesehatan di Indonesia. Ia berharap, perawat dapat berperan lebih aktif dalam mempromosikan gaya hidup sehat, bukan hanya fokus pada pengobatan orang sakit. Menurutnya, pendekatan preventif ini akan berkontribusi besar pada efisiensi anggaran dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
"Saya berharap ke depan Indonesia tidak hanya fokus mengobati orang sakit, tetapi lebih kepada mempromosikan hidup yang sehat. Ini tentu akan berkontribusi besar kepada efisiensi anggaran dan pada kualitas sumber daya manusia," pungkasnya.
Poin-poin penting yang ditekankan dalam berita ini adalah:
- Pentingnya menjaga kualitas guru besar di PTMA.
- Pemberian gelar profesor kehormatan harus dilakukan dengan hati-hati.
- Target PTMA untuk masuk jajaran universitas top dunia.
- Peran perawat dalam mempromosikan gaya hidup sehat.
Daftar PTMA Unggul:
- 20 PTMA memiliki fakultas kedokteran dan berstatus unggul.
- 14 PTMA telah terakreditasi unggul.