Terjangan Lahar Semeru Ancam Keselamatan Siswa, SDN 3 Jugosari Lumajang Terapkan Kebijakan Khusus

Dilema Pendidikan di Tengah Ancaman Lahar Semeru: SDN 3 Jugosari Ambil Langkah Antisipatif

Kondisi geografis yang menantang akibat aktivitas vulkanik Gunung Semeru memaksa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Jugosari di Kecamatan Candipuro, Lumajang, untuk mengambil langkah-langkah khusus demi keselamatan para siswanya. Sekolah ini terpaksa memberlakukan dispensasi bagi siswa-siswi yang berasal dari Dusun Sumberlangsep, sebuah wilayah yang seringkali terisolasi akibat banjir lahar hujan.

Sumberlangsep menjadi terpisah dari dusun lain, termasuk lokasi SDN 3 Jugosari di Dusun Sumberkajar, oleh aliran Sungai Regoyo. Sungai ini menjadi jalur utama lahar dingin dari Gunung Semeru, dan seringkali meluap membawa material vulkanik yang berbahaya. Satu-satunya akses bagi warga Sumberlangsep, termasuk para siswa, adalah jembatan limpas sepanjang 200 meter. Namun, jembatan ini rentan tertutup pasir dan batu saat banjir lahar terjadi, sehingga memutus akses dan membahayakan keselamatan warga yang melintas.

Kepala SDN 3 Jugosari, Yuliatin, menjelaskan bahwa kebijakan khusus ini diambil sebagai respons terhadap kondisi alam yang tidak dapat diprediksi. Lebih dari separuh siswa di sekolahnya, sekitar 40 anak, berasal dari Dusun Sumberlangsep. "Jika terjadi banjir, kami mengizinkan mereka untuk tidak ke sekolah demi menghindari risiko yang tidak diinginkan," ujarnya.

Solusi dan Tantangan

Untuk memastikan siswa tetap mendapatkan pendidikan, pihak sekolah menawarkan beberapa alternatif:

  • Pembelajaran Daring: Siswa dapat mengikuti pelajaran secara online dari rumah.
  • Menyusul Pelajaran: Siswa dapat mengejar materi yang tertinggal setelah kondisi kembali normal.

Namun, meskipun ada alternatif, banyak siswa yang tetap bersemangat untuk pergi ke sekolah. Dalam kondisi banjir, mereka seringkali harus dibantu oleh orang tua atau aparat setempat untuk menyeberangi sungai yang deras. Guru-guru SDN 3 Jugosari juga turut berperan aktif dengan mengantarkan siswa hingga tepi sungai saat jam pulang sekolah, menunggu kedatangan orang tua untuk menjemput.

Yuliatin menambahkan, "Alhamdulillah, hari ini banyak yang masuk, mungkin hanya sepertiga yang tidak masuk. Tapi, jika cuaca normal, anak-anak selalu masuk semua."

Kondisi ini menggambarkan betapa besar semangat anak-anak Sumberlangsep untuk mendapatkan pendidikan, meskipun harus menghadapi tantangan alam yang berat. Di sisi lain, hal ini juga menyoroti perlunya solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah aksesibilitas dan keselamatan bagi warga Dusun Sumberlangsep, terutama para pelajar, agar mereka dapat terus meraih cita-cita tanpa harus mempertaruhkan nyawa.

Situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, pihak sekolah, dan masyarakat dalam mencari solusi inovatif dan berkelanjutan untuk mengatasi dampak bencana alam terhadap pendidikan. Pembangunan infrastruktur yang memadai dan sistem peringatan dini yang efektif menjadi kunci untuk melindungi keselamatan warga dan memastikan keberlangsungan proses belajar mengajar di wilayah rawan bencana.