Kekhawatiran Ekonomi Picu Eksodus Modal: Konglomerat Indonesia Alihkan Aset ke Luar Negeri

Kekhawatiran Ekonomi Picu Eksodus Modal: Konglomerat Indonesia Alihkan Aset ke Luar Negeri

Jakarta, Indonesia – Meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi dan arah kebijakan fiskal di Indonesia telah mendorong kalangan berada untuk mengamankan aset mereka di luar negeri. Menurut laporan Bloomberg, arus dana keluar ini mencapai ratusan juta dolar AS, dengan tujuan utama adalah aset safe haven seperti emas, properti, dan yang terbaru, mata uang kripto stablecoin USDT.

Fenomena ini muncul di tengah kekhawatiran pasar terhadap potensi perubahan kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan baru. Investor menyoroti rencana belanja pemerintah yang ambisius dan ekspansi peran militer sebagai faktor yang dapat mengikis disiplin fiskal yang telah dibangun sebelumnya.

Pemicu Kekhawatiran Investor

  • Belanja Pemerintah yang Ekspansif: Target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan pemerintahan baru membutuhkan investasi publik yang besar. Investor khawatir hal ini akan meningkatkan defisit anggaran, menaikkan utang, dan memicu inflasi.
  • Kebijakan Terkait BUMN: Langkah-langkah terkait Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga menjadi perhatian, menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi dan tata kelola.
  • Ekspansi Peran Militer: Perluasan peran militer dalam pemerintahan juga memicu kekhawatiran tentang stabilitas politik dan potensi risiko investasi.

Aset Kripto Jadi Pilihan Alternatif

Salah satu tren yang menarik adalah meningkatnya penggunaan stablecoin USDT sebagai sarana untuk memindahkan dana ke luar negeri. USDT, yang dipatok 1:1 dengan dolar AS, menawarkan cara yang relatif stabil dan mudah untuk mentransfer nilai tanpa menarik perhatian berlebihan. Seorang mantan eksekutif dari sebuah konglomerat besar Indonesia mengungkapkan bahwa ia telah mengalokasikan hingga 10% asetnya ke USDT sejak Oktober 2024, dengan peningkatan signifikan setelah pelemahan Rupiah pada Maret 2025.

"USDT memungkinkan saya menjaga nilai aset dan memindahkannya ke luar negeri bila perlu, tanpa harus membawanya secara fisik menyeberangi perbatasan," ujarnya, seraya menambahkan bahwa prospek ekonomi dan stabilitas politik Indonesia membuatnya cemas.

Modus Operandi Pemindahan Dana

Laporan Bloomberg juga mengungkapkan beberapa modus operandi yang digunakan untuk memindahkan dana ke luar negeri. Sejak Februari 2025, sebuah firma penasihat keuangan telah memfasilitasi pemindahan sekitar 50 juta dolar AS ke Dubai dan Abu Dhabi, meningkat signifikan dari 10 juta dolar AS pada kuartal sebelumnya. Dana tersebut sering digunakan untuk membeli properti atas nama anggota keluarga atau teman, atau melalui pendirian perusahaan cangkang setelah mendapatkan visa kerja di Dubai.

Singapura, yang sebelumnya menjadi tujuan utama, kini menerapkan pengawasan yang lebih ketat setelah skandal pencucian uang besar-besaran. Hal ini mendorong kalangan berada untuk mencari alternatif lain, seperti aset kripto, yang menawarkan fleksibilitas dan anonimitas yang lebih besar.

Dampak Terhadap Rupiah

Arus keluar modal ini diduga memperparah pelemahan Rupiah, yang sempat menyentuh titik terendah dalam sejarah terhadap dolar AS pada awal April 2025. Meskipun Rupiah kemudian sedikit menguat, kekhawatiran terhadap dampak kebijakan ekonomi dan potensi gesekan dagang dengan Amerika Serikat masih membayangi.

Upaya Penanggulangan

Analis Global Counsel LLP, Dedi Dinarto, berpendapat bahwa gelombang arus keluar modal ini masih dapat dibendung jika pemerintah memberikan jaminan yang kredibel tentang disiplin fiskal dan komitmen terhadap investasi infrastruktur. Namun, kredibilitas dan komunikasi yang efektif akan menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan investor.

Wan Iqbal, Chief Marketing Officer Tokocrypto, mencatat bahwa pasangan USDT/Rupiah semakin populer sebagai lindung nilai terhadap gejolak nilai tukar, mencakup lebih dari seperempat volume harian di bursa tersebut.

Implikasi dan Prospek

Eksodus modal ini menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah Indonesia. Kepercayaan investor adalah fondasi penting bagi stabilitas ekonomi dan pertumbuhan berkelanjutan. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi kekhawatiran pasar, memperkuat disiplin fiskal, dan menciptakan iklim investasi yang kondusif. Jika tidak, arus keluar modal dapat berlanjut dan menghambat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia.