Ramadhan di Lapas Perempuan Malang: Introspeksi Diri dan Produktivitas Warga Binaan

Ramadhan di Lapas Perempuan Malang: Introspeksi Diri dan Produktivitas Warga Binaan

Bulan Ramadhan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Malang, Jawa Timur, diwarnai dengan berbagai kegiatan keagamaan yang intensif dan program pemberdayaan warga binaan. Tak hanya fokus pada ibadah, Lapas juga berupaya memberikan kesempatan bagi para narapidana untuk meningkatkan produktivitas dan keterampilan melalui kegiatan ekonomi produktif. Hal ini sejalan dengan upaya pembinaan kepribadian dan kemandirian yang menjadi bagian integral dari program pemasyarakatan.

Selama bulan suci Ramadhan, sebanyak 425 warga binaan muslim dari total 469 warga binaan mengikuti berbagai program keagamaan yang terjadwal. Kegiatan keagamaan ini meliputi shalat berjemaah, tadarus Al-Qur'an yang mencapai 4 hingga 5 kali khatam per hari, dan pengajian rutin. Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Yunengsih, menjelaskan bahwa kegiatan tadarus dilakukan di Aula Kartini dan diikuti dengan khusyuk oleh para warga binaan. Program pengajian yang bekerjasama dengan Kementerian Agama Kota Malang, diselenggarakan setiap Senin hingga Jumat, memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk memperdalam pemahaman agama dan melakukan introspeksi diri.

"Kegiatan keagamaan ini diharapkan mampu menjadi momentum bagi warga binaan untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik," ujar Yunengsih dalam keterangannya pada Rabu (5/3/2025).

Selain kegiatan keagamaan, sejumlah warga binaan juga terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi produktif. Sebanyak 50 warga binaan telah memanfaatkan waktu luang mereka dengan memproduksi peci rajut. Produk peci rajut ini dipasarkan ke Toko Altara di Kota Malang dengan harga jual Rp 80.000 hingga Rp 90.000 per buah. Sebagai bentuk apresiasi dan motivasi, para warga binaan yang terlibat dalam produksi peci rajut mendapatkan upah atau premi sebesar 10 persen dari hasil penjualan setiap item. Produksi peci rajut ini pun terus mengalami peningkatan, bahkan mencapai ratusan buah pada pertengahan Ramadhan tahun lalu.

Program ini tak hanya memberikan penghasilan tambahan bagi warga binaan, tetapi juga melatih keterampilan dan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Melalui kegiatan ini, diharapkan warga binaan dapat mengembangkan potensi diri dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja setelah menjalani masa pidana.

Terkait dengan jam besuk, Lapas Perempuan Malang menerapkan penyesuaian selama Ramadhan. Hanya satu sesi kunjungan yang diizinkan, yaitu pada sesi pagi hari. Namun, keluarga warga binaan masih diberikan kesempatan untuk memberikan makanan tambahan pada jam 2 siang hingga jam 3 sore setiap harinya, kecuali Sabtu dan Minggu. Hal ini menunjukkan komitmen Lapas untuk tetap menjaga silaturahmi antara warga binaan dan keluarga mereka.

Secara keseluruhan, program pembinaan di Lapas Perempuan Malang selama Ramadhan ini mengintegrasikan aspek keagamaan dan produktivitas untuk mendukung proses pemasyarakatan yang holistik. Upaya ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi para warga binaan, membantu mereka untuk memperbaiki diri, dan kembali ke masyarakat sebagai individu yang produktif dan bertanggung jawab.